Kamis, 17 Oktober 2013

Terjemahan Serat Kalatida Karya R. Ng. Ranggawarsita

1. Mangkya darajating praja/Kawuryan wus sunyaturi/Rurah pangrehing ukara/Karana tanpa palupi/Atilar silastuti/Sujana sarjana kelu/Kalulun kala tida/Tidhem tandhaning dumadi/Ardayengrat dene karoban rubeda

Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot/Situasi (keadaan tata negara) telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi/Sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama/Orang cerdik cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (jaman yang
penuh keragu-raguan)/Suasananya mencekam. Karena dunia penuh dengan kerepotan.

2. Ratune ratu utama/Patihe patih linuwih/Pra nayaka tyas raharja/Panekare becik-becik/Paranedene tan dadi/Paliyasing Kala Bendu/Mandar mangkin andadra/Rubeda angrebedi/Beda-beda ardaning wong saknegara

Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik/Patihnya juga cerdik/semua anak buah hatinya baik/pemuka-pemuka masyarakat baik/namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan/Oleh karena daya jaman Kala Bendu/Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi/Lain orang lain
pikiran dan maksudnya.

3. Katetangi tangisira/Sira sang paramengkawi/Kawileting tyas duhkita/Katamen ing ren wirangi/Dening upaya sandi/Sumaruna angrawung/Mangimur manuhara/Met pamrih melik pakolih/Temah suka ing karsa tanpa wiweka

Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis/penuh kesedihan/mendapatkan hinaan dan malu/akibat dari perbuatan seseorang/Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur/sehingga sang Pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada.

4. Dasar karoban pawarta/Bebaratun ujar lamisPinudya dadya pangarsaWekasan malah kawuriYan pinikir sayektiMundhak apa aneng ngayun/Andhedher kaluputan/Siniraman banyu lali/Lamun tuwuh dadi kekembanging beka

Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tiada menentu/Akan ditempatkan sebagai pemuka tetapi akhirnya sama sekali tidak benar/bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali/Sebenarnya kalah direnungkan/apa sih gunanya menjadi pemimpin/Hanya akan membuat
kesalahan-kesalahan saja/Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri, hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan.

5. Ujaring panitisastra/Awewarah asung peling/Ing jaman keneng musibat/Wong ambeg jatmika kontit/Mengkono yen niteni/Pedah apa amituhu/Pawarta lolawara/Mundhuk angreranta ati/Angurbaya angiket cariteng kuna

Menurut buku Panitisastra (ahli sastra)/sebenarnya sudah ada peringatan/Didalam jaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini/orang yang berbudi tidak terpakai/Demikianlah jika kita meneliti. Apakah gunanya meyakini kabar angin akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja/Lebih baik membuat karya-karya kisah jaman dahulu kala.

6. Keni kinarta darsana/Panglimbang ala lan becik/Sayekti akeh kewala/Lelakon kang dadi tamsil/Masalahing ngaurip/Wahaninira tinemu/Temahan anarima/Mupus pepesthening takdir/Puluh-Puluh anglakoni kaelokan

Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca benggala/guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul/Sebenarnya banyak sekali contoh -contoh dalam kisah-kisah lama/mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati, akhirnya "nrima"/dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan/Yah segalanya itu karena sedang mengalami kejadian yang aneh-aneh.

7. Amenangi jaman edan/Ewuh aya ing pambudi/Milu edan nora tahan/Yen tan milu anglakoni/Boya kaduman melik/Kaliren wekasanipun/Ndilalah karsa Allah/Begja-begjane kang lali/Luwih begja kang eling lawan waspada

Hidup didalam jaman edan, memang repot/Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman/tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan/Namun sudah menjadi kehendak Tuhan/Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada

8. Semono iku bebasan/Padu-padune kepengin/Enggih mekoten man Doblang/Bener ingkang angarani/Nanging sajroning batin/Sejatine nyamut-nyamut/Wis tuwa arep apa/Muhung mahas ing asepi/Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma

Yah segalanya itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati/Betul bukan/Memang benar kalau ada yang mengatakan demikian/Namun sebenarnya didalam hati repot juga/Sekarang sudah tua apa pula yang dicari/Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan/

9. Beda lan kang wus santosa/Kinarilah ing Hyang Widhi/Satiba malanganeya/Tan susah ngupaya kasil/Saking mangunah prapti/Pangeran paring pitulung/Marga samaning titah/Rupa sabarang pakolih/Parandene maksih taberi ikhtiyar

Lain lagi bagi yang sudah kuat/Mendapat rakhmat Tuhan/Bagaimanapun nasibnya selalu baik/Tidak perlu bersusah payah tiba-tiba mendapat anugerah/Namun demikian masih juga berikhtiar

10.Sakadare linakonan/Mung tumindak mara ati/Angger tan dadi prakara/Karana riwayat muni/Ikhtiyar iku yekti/Pamilihing reh rahayu/Sinambi budidaya/Kanthi awas lawan eling/Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma

Apapun dilaksanakan/Hanya membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan/Agaknya ini sesuai dengan petuah yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar/hanya harus memilih jalan yang baik/Bersamaan dengan usaha tersebut juga harus awas dan waspada agar mendapat rakhmat Tuhan.

11.Ya Allah ya Rasulullah/Kang sipat murah lan asih/Mugi-mugi aparinga/Pitulung ingkang martani/Ing alam awal akhir/Dumununging gesang ulun/Mangkya sampun awredha/Ing wekasan kadi pundi/Mula mugi wontena pitulung Tuwan

Ya Allah ya Rasulullah/yang bersifat murah dan asih/mudah-mudahan memberi pertolongan kepada hambamu disaat-saat menjelang akhir ini/Sekarang kami telah tua, akhirnya nanti bagaimana/Hanya Tuhanlah yang mampu menolong kami

12.Sageda sabar santosa/Mati sajroning ngaurip/Kalis ing reh aruraha/Murka angkara sumingkir/Tarlen meleng malat sih/Sanityaseng tyas mematuh/Badharing sapudhendha/Antuk mayar sawetawis/BoRONG angGA saWARga meSI marTAya


Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa/seolah-olah dapat mati didalam hidup/Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan/Biarkanlah kami hanya memohon karunia pada MU agar mendapat ampunan sekedarnya/Kemudian kami serahkan jiwa dan raga dan kami Dari terjemahannya tersebut, terlihat bahwa inti syair Kalatidha jelas melukiskan gejala keruntuhan raja-raja Tanah Jawa. Menurut Anderson, apabila raja menjadi raja sempurna, patih cinta kebenaran, maka semestinya masyarakat dan tatanannya berjalan tenteram dan damai. (Dok –Rumah Pendidikan Sciena Madani)

1 komentar: