Muhammad Iqbal; Penyair dan Pemikir Pendidikan

MUHAMMAD IQBAL merupakan seorang penyair, namun menjadi seorang pelopor pendidikan islam dengan karyanya Asruri i-Khudi atau Rahasia-Rahasia Pribadi. Iqbal lahir pada bulan dzulhijjah 1289 H, atau 22 februari 1873 M di Sialkot. Ia memulai  pendidikannya pada masa kanak-kanak pada ayahnya, nur Muhammad yang dikenal seorang ulama . kemudian iqbal mengikuti pelajarannya al-quran dan pendidikan islam lainnya secara klasik disebuah surau. Selanjutnya , Iqbal dimasukan oleh ayahnya ke scotch mission college di Sialkot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi mir Hasan – teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan arab.

Pada tahun 1895 ia ke Lahore, salah satu kota di india yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan, dan seni . di kota ini ia bergabung dengan perhimpunan sastrawan yang sering diundang musya’arah, yakni pertemuan-pertemuan dimana membacakan sajaknya.

Dikota Lahore ini, sambil melanjutkan pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di government college. Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh B.A, kemudian ia mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia bertemu dengan sir Thomas Arnold—orientalis  inggris yang terkenal – yang mengajarkan filsafat islam di college tersebut. Antara keduanya terjalin hubungan intim melebihi hubungan guru dengan murid, sebagai tertuang dalam kumpulan sajaknya bang-I dara.

Dengan dorongan dan dukungan Arnold, iqbal menjadi terkenal sebagai salah seorang pengajar yang berbakat dan penyair Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada tahun 1905, ia studi di Cambridge pada R.A Nicholson, seorang spesialis sufisme, dan seorang neo-hegelian, yaitu John M.E.  mc taggart. Iqbal kemudian belajar di Heidelberg dan munich. Di munich, ia menyelesaikan doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi, the development of metaphysics in Persia. Setelah mendapatkan gelar doctor , ia kembali ke London untuk belajar dibidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusteraan arab dilondon. Selama dieropa, iqbal tidak jemu-jemu menemui para ilmuan untuk mengadakan berbagai perbincangan tentang persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan

Filosofi Ego dalam Pendidikan
Aku tamat dari sekolah dan pesantren penuh duka,
Di situ tak kutemukan kehidupan,
Tidak pula cunta,
Tak kutemukan hikmah, dan tidak pula kebijaksanaan.

Guru-guru sekolah adalah orang-orang yang tak punya nurani,
Mati rasa, mati selera,
Dan kiai-kiai adalah orang-orang yang tak punya himmah
Lemah cita, miskin pengalaman.
Semua kritik tajam ini dilakukan karena ia berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan substansi dari peradaban manusia. Pendidikan menurut Iqbal sesungguhnya bertujuan membentuk “manusia” sejati. Pendidikan ideal menurut Iqbal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualism (antara aspek keduniaan dan aspek keakhiratan) secara seimbang. Dua system pendidikan yang ada, yaitu system pendidikan Tradisional (Islam) dan sistem pendidikan Barat (Kristen), dalam persepektif Iqbal belum dapat mewujudkan pendidikan yang ideal.
Setelah Muhammad Iqbal mengemukakan kritiknya terhadap dua system pendidikan yang ada pada waktu itu, bagaimanakah pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan? K.G. Saiyidain dalam bukunya Iqbal’s Educational Philosophy, mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan pandangan Iqbal tentang pendidikan dalam rangka melaksanakan gagasan rekontruksi pemikirannya, yaitu:
a. Konsep individu
Dengan konsep ini, Iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut iqbal harus dapat memupuk sifat-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang sempurna. Yang dimaksud manusia sempurna menurut Iqbal adalah manusia yang dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bias berprilaku seperti tuhan. Sifat-sifat ini diserap kedalam dirinya sehingga terjadi penyatuan secara total.
b. Pertumbuhan individu
Iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai manusia individu akan mengalami berbagai perubahan secara dinamis dalam rangka interaksinya dengan lingkungan. Maka dari itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut kearah yang optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan suatu proses kreatif – aktif yang dilakukan individu sebagai aksi dan reaksinya terhadap lingkungan. Proses ini, menurut Iqbal bukanlah suatu kejadian dimana individu hanya tinggal menyesuaikan diri secara pasif dengan lingkungannya.
c. Keseimbangan jasmani dan ruhani
Dalam pandangan Iqbal, perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat mengembangkan kekayaan batin dari eksistensinya. Pengembangan kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Seorang individu dituntut untuk dapat hidup sebagai manusia sosial secara mapan dan mampu menjadi hamba Tuhan yang taat dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan ruhani sebagai ide harus dipadukan dalam proses pemngembangan individu. Seorang individu yang ingin mendapatkan kebahagiaan yang hakiki (dunia dan akhirat) ia harus dapat menyeimbangkan antara semangat keilmuannya dengan semangat keberagamaannya.
d. Pertautan individu dan masyarakat
pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakikat pertauatan antara kehidupan individu dengan kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaanya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan melemah dan tujuan hidupnya menjadi tidak terarah.
e. Kreativitas individu
Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah – olah tak ada satu pun yang baru yang dapat atau mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya manusia memiliki kreatifitas yang perlu dikembangkan secara evolutif. Dengan kreatifitasnya, manusia mampu melepaskan diri dari keterbatasan, menembus serta menaklukan waktu. Adapun kreatifitas itu sendiri hanya dapat ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan.
e. Peran intelek dan intuisi
Ada dua cara untuk menangkap realitas. Masing – masing cara memiliki peran khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia. Intelek berperan menangkap realitas melalui panca indra bagian demi bagian dan tidak menyeluruh. Hal ini karena intelek berpusat pada aspek – aspek incidental dan temporal. Sedangkan intuisi berperan menangkap realitas secara langsung.
Oleh karena itu, Iqbal berpendapat bahwa kebenaran metafisik dapat diraih dengan jalan melatih intelek. Kebenaran metafisik hanya dapat diperoleh dengan jalan memusatkan pada perhatian yang mungkin didapat oleh suatu kemampuan yang disebut dengan intusi. Maksud pernyataan ini adalah bahwa Iqbal menghendaki pertemuan antara kekuasaan lahir yang diperoleh dari ilmu pengetahuan dengan kekuasaan batin yang muncul dari intusi. Dengan ini, Iqbal menyimpulkan bahwa pendidikan hendaknya memperhatikan aspek intelektual manusia dan intuisinya sekaligus.
f. Pendidikan watak
Apabila manusia memperlengkapi diri dengan sifar individualitas yang dapat berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan. Manusia seperti ini akan dapat mengarahkan dirinya kepada kebajikan, serta dapat menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Itulah yang disebut Iqbal dengan watak yang tangguh.
Watak ini mencakup sensitivitas dan kekuatan. Sensitive terhadap perikemanusiaan dan nilai – nilai ideal, serta kekuatan dalam berpegang pada maksud yang telah dicetuskan dalam kalbu. Untuk dapat mengembangkan watak seperti ini, menurut Iqbal pendidikan hendaknya memupuk tiga sifat, yaitu keberaniaan, toleransi, dan keprihatinan.
g. Pendidikan social
Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan social selayaknya dilaksanakan diatas dasar dan prinsip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan intelektual dan emosional manusia.
Dengan ini, Iqbal bermaksud mengungkapkan bahwa tat kehidupan social seharusnya aktif dalam menguras dan menggali segala kekuatan yang tersirat dalam ilmu pengetahuan, disamping dapat pula mengontrol lingkungan kebendaan. Tidak mungkin membangun suatu tatanan social tanpa disertai pemupukan ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya demi mencapai tujuan yang hendak dicapai masyarakat manusia.
Sesungguhnya pendidikan bersifat kebebasan (education of free)sebagaimana kata Muhammad Iqbal dengan menggunakan metode proyek atau trial and error, bahwa anak didik bebas berekspresi untuk melakukan eksperimen sesuai kemampuan untuk mengungkap tabir atau rahasia yang tersembunyi. Sebagaimana juga pandangan K.H Imam Zarkasi, pendidikan tidak hanya bersifat intelektualistis yang berdasar pada obyek murni tetapi juga berfikir antologis dan religius.
Tapi di Indonesia khususnya justru pendidikan sekolah merupakan kewajiban, yang mana pendidikan minimal 9 tahun. Maka pendidikan adalah proses memperoleh gelar akademik dan ijazah, pendidikan berarti anda suka, tidak suka harus suka, pendidikan adalah siap bersedia dan siap punya uang. Benar apa kata K.H Zarkasi bahwa ia cenderung tidak memihak pada orientasi ijazah karena itu justru akan mematikan pola pikir dan kebutuhan manusia karena pendidikan merupakan proses tanpa akhir (religius ending process). Pendidikan atau sekolah telah membentuk anak didik untuk mendaptakan kelayakan di masyarakat seperti bekerja dan priorotas material.
Inti dari pendidikan Iqbal adalah ada keseimbangan dalam menuntut ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi. Ilmu duniawi akan menghantarkan kepada kemampuan manusia dalam menjalankan misinya sebagai khalifah fil ardh, misalkan mampu mengelola pemerintahan atau sumber daya alam. Ilmu ukhrawi memberikan batasan atas ilmu dunia, misalkan bagaimana mengelola pemerintahan yang adil dan memanfaatkan sumber daya alam sesuai kebutuhan.
Maka penting bagi seorang guru dalam menyampaikan materi agama kepada anak didiknya dikaitkan dengan ilmu terkait atau menyampaikan penomena alam dengan menyampaikan pandangan agama tentang hal tersebut. Sehingga anak mampu memandang kehidupan itu bukan hanya main-main, tetapi merupakan tanggung jawab mereka selaku makhluk sosial dan abdullah.
Maka apabila melihat konsep UIN tentang integrasi interkoneksi antara ilmu umum dengan ilmu agama, itu relevan dengan konsep Iqbal. Karena dengan kita mempelajari ilmu umum kita akan semakin yakin akan kebenaran ilmu agama yang kita pelajari, begitu juga sebaliknya.
Contoh lain adalah madrasah yang sekarang ada dalam menyelenggarakan pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi sudah diimbangi dengan keilmuan umum.
Pemikiran Iqbal senada dengan hadist Rasulullah saw:
Man araada addunya fa’alaihi bil’ilmi, waman araada alaakhirata fa’alaihi bil’ilmi, waman araada humaa fa’alaihi bil’ilmi” (Al Hadits)

Karya-Karya Muhammad Iqbal
 Zabur-i ‘Ajam
[Taman Rahasia Baru], terbit di Lahore pada tahun 1927dengan menggunakan bahasa Persia. Sebuah tulisan Iqbal yangmembangkitkan semangat baru kepada dunia, yakni lewat kaum muda danbangsa Timur. Tema sentral buku ini antara lain mengenai konsep ma’rifat.Pengarang buku ini sinis terhadap konsep ma’rifat sufisme klasik. Buku inidiakhiri uraian mengenai perbudakan.8.

Tulisan dari Iqbal yang terbesar dalam bidang Filsafat dan berbentuk prosaadalah
The Reconstruction Of Religious Thought In IslamBuku ini terbit

diLondon pada tahun 1934. Ada tujuh bagian dalam buku ini, yaitu: 1)pengalaman dan pengetahuan keagamaan, 2) pembuktian secara filosofismengenai pengalaman keagamaan, 3) konsepsi tentang tuhan dan maknasembahyang, 4) tentang ego insani, kemerdekaan dan keabadiannya, 5) jiwakebudayaan Islam, 6) prinsip gerakan dalam struktur Islam, dan 7) bahwa


 Javid Nama
Berbahasa Persia, terlahir pada tahun 1932 di Lahore. Buku inimenjelaskan tentang petualangan rohani Iqbal ini ke berbagai planet. Saatberpetualang itulah Iqbal mengadakan dialog dengan para pemikir, sufi,filosof, politikus, maupun pahlawan yang ada di masing-masing planet yangdisinggahi. Di bagian akhir buku ini berisi pesan-pesan kepada anaknya,Javed Namah dan segenap generasi-generasi baru yang akan terusbermunculan.

 Pasche Bayad Kard Aye Aqwam-i Syarq?
Kata-kata tersebut mengandungarti “Apakah Yang Kau Lakukan Wahai Rakyat Timur?”. Buku ini terbit diLahore pada tahun 1936. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Persia. Untaiansyair-syair dalam buku ini menjelaskan tentang: Perang di Ethiopia, LigaBangsa-Bangsa, Pesan Matahari, Kebijakan Musa, Kebijakan Fir’aun, tak adaTuhan selain Allah, Kemiskinan, Tokoh-Tokoh Bebas, Rahasia-RahasiaSyari’at dan Nasehat untuk Bangsa Arab.

 Musafir
Tertulis dalam bahasa Persia. Buku ini terbit di Lahore pada tahun1936. inspirasi penulisan buku ini didapat pengarang ketika mengadakanperjalanan ke Turki dan Afghanistan. Di dalam buku ini, pengarangmenggambarkan pengalamannya ketika mengunjungi makam Sultan Mahmudal Ghaznawi Amin al Dawlat, seorang guru perintis penyair tasawuf berbahasaPersia. Ia merupakan putra Subuktikin dan Ahmad Syah Baba yang bergelar

Durani.  
Buku ini juga mengandung pesan kepada Sultan Nadir Syah dananaknya Zahir Syah, maupun kepada segenap suku-suku bangsa Afghanistantentang bagaimana baiknya menjalani hidup berbangsa, bernegara danberagama.

 Bal-i Jibril
[Sayap Jibril], tertulis dalam bahasa Urdu. Buku ini terbit padatahun 1938 di Lahore. Tema-tema buku ini antara lain: Do’a di MasjidCordova, Mu’tamid ibn ‘ibad dalam penjara, Pohon Kurma yang pertama kaliditanam oleh Abdurrahman Ad Dakhil di Andalusia Spanyol, do’a Thariq ibnZiyad, Ucapan selamat malaikat kepada Adam ketika keluar dari Surga, sertadi makam Napoleon dan Mussolini.

Zarb-i Kalim
[Pukulan Nabi Musa], terbit dalam bahasa Urdu pada tahun1938 di Lahore.

Ar Magham-i Hijaz
[Hadiah dari Hijaz], terbit dalam bahasa Urdu pada tahun1938 di Lahore. Sebagian diantaranya ada yang berbahasa Persia, yaitu yangbertema: kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada Umat Insan, dan kepadateman seperjalanan. Dan pada bagian bahasa Urdu berisi tentang MajelisPermusyawaratan Iblis dan dialog Iblis dengan para pendukungnya. Isi dialogIblis adalah kekhawatiran munculnya kebangkitan Islam. Pengarangmemaksudkan Iblis dan para pendukungnya itu adalah paham Demokrasi alaBarat dan paham Komunisme yang ada.
Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar