WM - Apa yang bisa dilakukan seseorang penyair dengan puisinya? Penyair
Sosiawan Leak dan kawan-kawan membuktikan, puisi bisa menjadi “senjata”
melawan korupsi. Melalui puisi mereka mendakwahkan perlawanan sekaligus
mengobarkan kecaman kepada para koruptor.
Raodshow Puisi Melawan Korupsi digelar Sabtu (14/9) di B6 Kampus Unnes, Sekaran, Gunungpati, Semarang. Selain Leak, hadir Ketua Balai Bahasa Jawa Tengah Pardi Suratno, Deakn FBS Unnes Prof Agus Nuryatin, dan Direktur Direktorat Layanan Masyarakat (Ditlaynmas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut Pardi, Puisi Menolak Korupsi adalah bukti bahwa penyair Tanah Air punya kepedulian tinggi terhadap masalah korupsi. Ia bahkan menyarankan para penyair yang menghimpun puisinya dijadikan duta antikorupsi.
Sementara itu, Direktur DIkyanmas KPK mengungkapkan, sudah banyak upaya KPK untuk melawan korupsi. Salah satunya melalui simposium para professor untuk membahas antikorupsi dan pendidikan antikorupsi.
“Akhirnya disepakati, pendidikan antikorupsi tidak dilakukan secara eksplisit, tetapi melalui dongeng, sastra, dan media lain. Termasuk melalui puisi semacam ini,” katanya.
Profesor Ilmu Sastra yang juga Dekan FBS Unnes Prof Dr Agus Nuryatin mengungkapkan, sudah “fitrah” puisi untuk mengusung kebaikan. Namun, puisi tak hadir dengan “menampar”, melainkan menyentuh dengan halus.
“Bukan sebuah puisi kalau ditujukan untuk menampar seseorang. Puisi dibuat untuk menyindir tapi tidak untuk menampar,” katanya.
Roadshow Puisi Menolak Puisi akan kembali digelar pada 27 September di Kantor KPK, Jakarta. Ketua KPK Abraham Samad dijadwalkan akan memoderatori acara tersebut. (Sumber: Website Unnes Semarang)
Raodshow Puisi Melawan Korupsi digelar Sabtu (14/9) di B6 Kampus Unnes, Sekaran, Gunungpati, Semarang. Selain Leak, hadir Ketua Balai Bahasa Jawa Tengah Pardi Suratno, Deakn FBS Unnes Prof Agus Nuryatin, dan Direktur Direktorat Layanan Masyarakat (Ditlaynmas) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Menurut Pardi, Puisi Menolak Korupsi adalah bukti bahwa penyair Tanah Air punya kepedulian tinggi terhadap masalah korupsi. Ia bahkan menyarankan para penyair yang menghimpun puisinya dijadikan duta antikorupsi.
Sementara itu, Direktur DIkyanmas KPK mengungkapkan, sudah banyak upaya KPK untuk melawan korupsi. Salah satunya melalui simposium para professor untuk membahas antikorupsi dan pendidikan antikorupsi.
“Akhirnya disepakati, pendidikan antikorupsi tidak dilakukan secara eksplisit, tetapi melalui dongeng, sastra, dan media lain. Termasuk melalui puisi semacam ini,” katanya.
Profesor Ilmu Sastra yang juga Dekan FBS Unnes Prof Dr Agus Nuryatin mengungkapkan, sudah “fitrah” puisi untuk mengusung kebaikan. Namun, puisi tak hadir dengan “menampar”, melainkan menyentuh dengan halus.
“Bukan sebuah puisi kalau ditujukan untuk menampar seseorang. Puisi dibuat untuk menyindir tapi tidak untuk menampar,” katanya.
Roadshow Puisi Menolak Puisi akan kembali digelar pada 27 September di Kantor KPK, Jakarta. Ketua KPK Abraham Samad dijadwalkan akan memoderatori acara tersebut. (Sumber: Website Unnes Semarang)
0 komentar :
Posting Komentar