Anda perlu memahami bahwa religius (agama) dan spiritual
(spiritual) ada dua konsep yang berbeda. Hal ini dapat digambarkan dalam
pertanyaan:
Apakah anda membenci orang yang tidak beragama?. Jika anda
membenci, bisa jadi karena negara kita bukan negara yang menganut paham ateis.
Jika ada pertanyaan lagi, apakah anda membenci orang yang tidak bertuhan?. Jika
iya, bisa jadi karena negara kita berdasarkan ketuhanan maka masyarakatnya
harus beragama.
Namun pertanyaan yang sering anda jumpai adalah, “Apa agama
anda?”. Jika anda beragama, apakah sudah menjalankan spirit ketuhanan untuk
mendapatkan jalan kebahagiaan?.
Jika anda beragama belum tentu mendapatkan pengalaman
spiritual. Anda menjalankan shalat, belum tentu bisa mengamalkan kebaikan dan
meninggalkan keburukan. Shalat anda adalah bentuk religius dan mengamalkan
merupakan bentuk spiritualnya. Sehingga jika anda beragama belum tentu dapat
melaksanakan prinsip ketuhanan (spiritual).
Untuk mendapatkan kebahagiaan anda tidak harus bersikap
religius, akan tetapi anda harus bisa menjadi orang spiritual. Sebab belum
tentu anda yang religius mendapatkan kebahagiaan, namun orang yang mampu
mendapatkannya adalah orang yang memiliki spirit spiritual yakni anda mampu
memberi makna kehidupan dan orang spiritual mampu untuk tetap bahagia dalam
situasi apapun tanpa tergantung pada situasi dan kondisi.
Alangkah indahnya jika kebahagiaan anda terangkai spirit
spiritual dan terbungkus oleh spirit religus. Sepatutunya kebahagiaan jadi
milik anda.
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu dari apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
“Spirit
Kebahagiaan Ilmu dan Cinta”
Salam
Lukni
Maulana (Pengasuh Rumah Pendidikan Sciena Madani)
0 komentar :
Posting Komentar