SIAPA tidak mengenal Rendra, Putu Wijaya, dan Butet Kartarajasa. Mereka merupakan aktor dan sutradara teater di Indonesia. Mereka mencapai puncak karir dengan usaha keras dan proses panjang pada dunia yang sekarang ini tidak diminati yakni dunia teater. Seakan teater dipandang sebagai sebuah hiburan yang tidak mengguntungkan dan tidak memberikan kesuksesan dalam hidup.
Padahal seorang Rendra dan kawan-kawan yang berkerja pada lahan teater nyatanya mengalami sukes besar. Tentu semua yang dilakoninya memperlukan perjuangan panjang. Rendra yang memiliki julukan ”Si Burung Merak”, semenjak kecil sudah terdidik untuk mengasah dunia panggung. Bakat dari kecil yang diasah tersebut mulai berkembang berlanjut dibangku SMP. Ia sudah mampu menunjukan bakat menulis puisi, bercerita dan bermain drama. Bahkan mempublikasikan puisi pertamnaya pada tahun 1952 melalui Majalah Siasat. Sedangkan pada dunia panggung naskah Kaki Palsu adalah drama pertamanya dipentaskan ketika ia masih SMP. Hingga sekarang ia dikenal di negeri Indonesia bahkan dunia mengenal sesososk Si Burung Merak.
Apa itu teater?. Teater berasal dai bahasa Inggris “theater” atau “theatre”, bahasa Perancis “theatre”, berasal dari bahasa Yunani “theatron”, yang berarti tempat untuk menonton. Di Yunani seni pertunjukan ini dikenalkan oleh beberapa tokoh seperti Thucudides, (471-398 SM), Plato (428-345 SM), dan Herodotus. Teater mewakili tiga pengertian yakni gedung pertunjukan, publik dan karangan tonil.
Kreativitas anak
Teater anak digunakan untuk menyebut teater yang dimainkan atau dipentaskan oleh anak. Walaupun terkadang tidak menutup kemungkinan ada campur tangan dari orang dewasa dalam penggarapan pementasan teater anak.
Teater anak pertama kali di Indonesia dikenalkan oleh Deliana Sarawidjaja. Sejak awal teater anak di negeri ini dibiarkan untuk menemukan eksistensinya sendiri. Dalam perkembangannya teater anak semakin menyusut, sesuatu seni yang lagi tidak diminati. Sesekali hanya dipentaskan saat ada acara porseni tanpa adanya wadah yang menggarap lebih serius. Sehingga teater anak seperti mati tidak mau hidupun tiak segan. Maka saatnya mengkaji lebih serius untuk memperkembangkan teater anak. Karena kesuksesan seseorang terlihat sejak ia kecil. Maka bakat dan potensi tersebut harus diasah pula sejak masa kecil.
Banyak orang memandang sebelah mata tentang seni teater, hal ini dipicu karena seni ini hanya menyajikan seni pertunjukan yang hanya cukup dinikmati. Memaknai teater hanya sebatas seni hiburan ataupun pelengkap event-event kesenian.
Sungguh ini merupakan pandangan yang sempit, justru sebalinya teater anak sangat banyak bermanfaatnya. Anak yang biasa pendiam ataupun di depan kelas tidak berani menatap guru, berkomunikasi dengan teman atau mengalami demam panggung. Pada dunia teater dia diajarkan bagaimana percaya diri, ia harus berani menatap penonton. Dengan rasa percaya diri tentu akan membangkitkan semangat hidupnya, hal ini akan memicu perkembangan lainnya seperti pola kedewasaan, komunikasi, anak berasosiasi, berimanjinasi, daya pikir, berempati, memiliki daya apresiasi dan tentunya membuat anak akan memiliki nilai-nilai memahami situasi sosial, nilai kebersamaan, nilai menghargai dan lain sebagainya.
Mari kita coba bandingkan anak yang hanya menerima pelajaran saja ataupun anak yang hanya didepan komputer tentu mereka tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Karena kecerdasan emosionalnya tidak dibiasakan dan dikembakan. Selain itu anak-anak teater tentu dapat belajar banyak dalam mengambil hikmah dari setiap peran dan lakon yang dipentaskan, karena teater biasanya suatu pementasan yang lebih condong mementaskan yang ada disekitar kita. Belajar tentang kehidupan.
Disnilah peran guru dan lembaga pendidikan untuk dapat merealisasikan teater anak supaya anak dapat diberikan bekal tambahan pada jam sekolah. Tentu dalam melatih teater anak, seorang guru harus memiliki rasa sabar dan mampu memposisikan dirinya sebagai pihak yang tidak sepenuhnya ikut campur dalam kreatifitas anak.
Anak tentunya diberikan kebebasan untuk dapat berekspresi susuai dengan pengalaman yang melingkupinya dan menemukan perannya sendiri dalam teater. Kuncinya dalam seni teater anak adalah bagaimana membuat anak harus lepas dari rasa malu, selanjutnya anak dirangsang daya imanjinasinya, rasa asosiasinya dan rasa tanggung jawaba pada seni pertunjukan.
Maka budya Indonesia akan semakin berkembang, masyarakat akan menemukan kesemarakan dunia anak. Dimana perkembangan era modern anak-anak lebih cenderung terperangkap pada dunia simbol yakni suka bermain tanpa adanya pengolahan rasa dan daya imanjinasinya. Saatnya membudayakan teater anak sejak dini.
0 komentar :
Posting Komentar