WM - Puisi Buat Gus Dur, Dari Dam Sengon Ke Jembatan Panengel sebuah kumpulan antologi puisi untuk Gus Dur yang diterbitkan olah Dewan Kesenian Kudus. Puisi ini hadir sebagai bentuk aspresiasi para seniman dan budayawan dan mengenang sosok fenomenal dan bahkan kontroversial Abdurrahman Wahid atau yang akrab di panggil Gus Dur.
Bertempat di Rumah Makan Bambu Wulung Jl. Kudus - Pati Km 5 Ngembalrejo Kudus puisi tersebut di launchingkan dengan menghadirkan putri dari Gus Dur, Inayah Wahid. Dalam sambutannya ia menggatakan bahwa dirinya selama hidup bersama ayahnya hanya mendapatkan satu pesan, pesan itu sangat ringan namun berat untuk dilaksanakan yakni perintah membaca. Sabtu, (28/9)
"Gus Dur merupakan sosok yang gemar membaca, hidupnya ia habiskan untuk membaca bahkan ketika ia tidak mampu melihat ia sempatkan selalu membaca meski anak-anaknya disuruh membacakan dan Gus Dur mendengarkan. Bahkan Gus Dur selalu membaca meski hanya lewat audio visual," tuturnya.
Inayah Wahid juga turut serta membacakan satu puisi yang termuat dalam puisi untuk Gus Dur tersebut. Diikuti para penyair dari berbagai kota, Leak Sosiawan dari Solo, Kidung Purnama dari Cilacap, Mahbud Junaidi dari Wonosobo dan para penyair yang tersebar khususnya dari pulau Jawa.
Ketua Dewan Kesenian Kudus Aris Junaidi mengatakan, Gus Dur bagi saya selalu hidup dan bahkan bagi kita semua baik pemikiran, perilaku, sikap maupun gaya khasnya yang terkadang nyeleneh. Karena ia mampu membuka jalan baru, alam artian ketika banyak orang lewat jalur kanan, Gus Dur berani menantang lewat jalur kiri. Begitupun jalan baru itu bukan untuk dikuasai pribadi, namun untuk semua dan untuk kita supaya terbuka cara pandang baru.
Judul puisi dengan nama Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel adalah karya Eka Bambang Prasetya seorang penyair dari Magelang yang tinggal di Jombang dan Kalimantan Selatan. Ia memiliki pengalaman dengan Gus Dur, dimana masa muda Gus Dur merupakan tokoh pergerakan dan perubahan. Maka Gus Dur selalu hidup saat dimana para pemuda diajari makna hidup dan aut bound diatara Dam Sengon hingga Jembatan Panengel.
Bertempat di Rumah Makan Bambu Wulung Jl. Kudus - Pati Km 5 Ngembalrejo Kudus puisi tersebut di launchingkan dengan menghadirkan putri dari Gus Dur, Inayah Wahid. Dalam sambutannya ia menggatakan bahwa dirinya selama hidup bersama ayahnya hanya mendapatkan satu pesan, pesan itu sangat ringan namun berat untuk dilaksanakan yakni perintah membaca. Sabtu, (28/9)
"Gus Dur merupakan sosok yang gemar membaca, hidupnya ia habiskan untuk membaca bahkan ketika ia tidak mampu melihat ia sempatkan selalu membaca meski anak-anaknya disuruh membacakan dan Gus Dur mendengarkan. Bahkan Gus Dur selalu membaca meski hanya lewat audio visual," tuturnya.
Inayah Wahid juga turut serta membacakan satu puisi yang termuat dalam puisi untuk Gus Dur tersebut. Diikuti para penyair dari berbagai kota, Leak Sosiawan dari Solo, Kidung Purnama dari Cilacap, Mahbud Junaidi dari Wonosobo dan para penyair yang tersebar khususnya dari pulau Jawa.
Ketua Dewan Kesenian Kudus Aris Junaidi mengatakan, Gus Dur bagi saya selalu hidup dan bahkan bagi kita semua baik pemikiran, perilaku, sikap maupun gaya khasnya yang terkadang nyeleneh. Karena ia mampu membuka jalan baru, alam artian ketika banyak orang lewat jalur kanan, Gus Dur berani menantang lewat jalur kiri. Begitupun jalan baru itu bukan untuk dikuasai pribadi, namun untuk semua dan untuk kita supaya terbuka cara pandang baru.
Judul puisi dengan nama Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel adalah karya Eka Bambang Prasetya seorang penyair dari Magelang yang tinggal di Jombang dan Kalimantan Selatan. Ia memiliki pengalaman dengan Gus Dur, dimana masa muda Gus Dur merupakan tokoh pergerakan dan perubahan. Maka Gus Dur selalu hidup saat dimana para pemuda diajari makna hidup dan aut bound diatara Dam Sengon hingga Jembatan Panengel.
0 komentar :
Posting Komentar