WM Jakarta – Jenderal
Purnawirawan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Agum Gumelar dan Yenny Wahid,
putri mantan Presiden Gus Dur, bicara dalam Kelas Umum Wawasan Kebangsaan yang
diadakan oleh Kelas negarawan Muda pada 22 Mei 2015 lalu.
Kehadiran dua tokoh ini
merupakan rangkaian Kelas Negarawan Muda (KNM) angkatan 1 yang diadakan di SMA
Labschool Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. KNM sendiri adalah inisiatif yang
mengajak para pelajar untuk berwarganegara sekaligus berpolitik dengan jujur
dan berintegritas. Inisiatif ini dimotori oleh puluhan relawan yang tergabung
dalam Gerakan TurunTangan.
Agum mengapresiasi kehadiran
kelas ini sekaligus berpesan mengenai tiga kriteria pokok pemuda untuk menjadi
seorang negarawan, antara lain jiwa nasionalisme, disiplin, serta daya saing. "Negarawan
adalah orang yang semua pikiran dan tindakannya berorientasi bagi kepentingan
bangsa dan negara," tutur Mantan Menteri Perhubungan dalam kabinet
Megawati Soekarnoputri itu. Ia juga menambahkan pentingnya anak muda untuk
terlibat aktif menjadi warga negara. “Kita butuh anak-anak muda yang peduli
dengan bangsa dan mau melakukan sesuatu seperti apa yang dilakukan oleh
teman-teman Relawan Kelas Negarawan Muda," ujarnya, Rabu (3/6)
Pada acara yang dihadiri
lebih dari 250 siswa Labschool ini, Agum juga bercerita pengalamannya
menjalankan operasi militer di Timor Timur. Dalam operasi tersebut ia memilih
menjalankan dengan cara damai, yakni merangkul lawan dan mengajak bergabung
dengan Indonesia. “Kita coba ajak mereka untuk bergabung (dengan
Indonesia)," ucap mantan Menteri Koordinator bidang Politik, Sosial, dan
Keamanan era Presiden Gus Dur tersebut.
Tak hanya Agum, putri mantan
Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, juga hadir dalam acara ini. Mantan
wartawan di Timor Timur itu mengungkapkan tantangan Indonesia saat ini lebih
besar. Menurutnya generasi muda Indonesia saat ini berhadapan dengan tantangan
digitalisasi. "Yang paling
utama, kita sedang perang gagasan di perangkat media. Batasan di dunia semakin
kecil tetapi tantangan makin besar. Makanya, kita harus memperkuat ketahanan
kita melalui nilai-nilai Indonesia,” jelas wanita kelahiran Jombang, 29 Oktober
1974 itu.
Selain mengungkapkan
pemikiran-pemikiran mengenai nasionalisme, Agum dan Yenny juga merasa terbantu
dengan gerakan KNM. Mereka optimistis KNM dapat merangkul generasi muda untuk
bersama-sama menyumbangkan aksi dan pemikiran untuk Indonesia. "Saya
dukung aktivitas kalian sepenuhnya," tutup Yenny sumringah.
0 komentar :
Posting Komentar