Filosofi dan Makna Ketupat Lebaran

LAMBANG merupakan sebuah simbol ataupun sebagai sebuah tanda baik Negara, organisasi maupun komunitas. Semisalnya Negara Indonesia memiliki perlambangan berupa bendera dengan warna merah dan putih serta memiliki simbol burung garuda. Setiap perlambangan tersebut memiliki arti dan makna.

Namun di sini saya tidak akan menerangkan tentang perlambang Negara kita tercinta. Akan tetapi akan sedikit menjelaskan tentang perlambangan lebaran ataupun hari raya. Hari raya memiliki arti hari kemenangan, sedangkan di Indonesia kemenangan tersebut di ekspresikan dengan berbagai cara. Dari mudik hingga baju baru, sampai perabotan rumah yang serba bagus.

Sungguh memilukan jika ekspresi tersebut dimaknai sempit, seperti halnya sebagai ajang pembeda atar kelas di masyarakat. Alangkah baiknya menjadi sebuah ekspresi untuk memperbaiki citra diri, bukan menjadi sebuah kesombongan pembeda antar kelas. Makna hari raya yang memiliki arti hari kemenangan, bisa berubah hari riya’ atau hari kesombongan.

Sedangkan perlambang idul fitri atau lebaran berupa simbol “ketupat”. Perlambang ketupat memiliki arti yang beragam. Pertama, ketupat berasal dari kata “telu (3) lan papat (4)”. Tiga mensimbolkan bahwa bulan ramadhan adalah rukun Islam yang ketiga diwajibkan untuk berpuasa. Sedangkan papat berarti rukun Islam ke empat yakni zakat. Karena setelah di waijbakannya berpuasa, orang yang beriman di wajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebelum shalat idul fitri.

Kedua, ketupat berasal dari bahasa arab “tauifat” yang memiliki arti jamaah, kelompok atau grup. Seluruh umat Islam di wajibkan untuk melakukan ibadah puasa, hal ini menunjukkan sebuah keseragaman dan kebersamaan. Tali persatuan dan kesatuan diutamakan, ketika saudara kita sakit maka kitapun merasakan sakit.

Ketiga, ketupat memiliki makna dalam bahasa jawa berarti “ngaku lepat” atau mengakui segala kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak. Maka tidak heran di masyarakat ada ekspresi ujung-ujung yang berarti berkunjung dari ujung sampai ujung. Mengapa ujung, karena ujung berarti puncak dan awalan. Ketika kita dilahirkan dalam keadaan suci, kembali ke pangkuan Tuhan harus dalam keadaan suci. Maka maaf menjadi sebuah senjata untuk memperbaiki kesucian.

Keempat, ketupat bermakna “mangku perkoro papat” atau kita memiliki empat beban perkara. Yakni menjaga hawa nafsu, shalat malam, tadarus atau membaca kitab suci dan zakat atau beramal. Mangku ataupun beban, bukan berarti sebuah perkara yang memberatkan akan tetapi menjadi sebuah ujian untuk menjadi yang terbaik. Karena selama satu bulan didik untuk menjadi manusia yang akan kembali fitrah, sahur di pertiga malam menandakan kita supaya gemar shalat malam. Intinya dalam perkara ini diajarkan nilai-nilai keistiqamahan.

Sesungguhnya ketupat merupakan sebuah makanan yang enak tentunya, hadir pada saat lebaran. Secara geometri pembuatan ketupatan sangatlah rumit, hal ini menandakan bahwa lika-liku kehidupan manusia amatlah rumit dan terkadang dilumuri banyak dosa. Namun jika membelah ketupat tersebut, sungguh kita akan takjub karena didalamnya ada sebuah warna putih, bersih dan suci. Menandakan bahwa pada ramadhan ini kita di didik hatinya untuk kembali menjadi suci.
Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar