Pendidikan Jiwa Korupsi

Plato pernah mengatakan, "pada dasarnya sifat manusia adalah jelek". Sifat dasar inilah yang berkembang di era sekarang, hingga saling merugikan antara manusia maupun alam. Bahkan Tuhanpun dikesampingkan sebagai realitas absolute.

Penyakit peradaban yang dialami manusia dengan cara berfikir rasionalis dan empiris membawa manusia ingin menguasai. Hingga muncul sifat dasar baru yang dialami manusia yakni dasarnya manusia adalah menderita. Maka tak heran dalam mencari kebahagiaan dan kesuksesan, ukuran kepuasan menjadi titik tangkalnya. Munculah penyakit seperti perampokan, pembunuhan dengan motif ekonomi dan berita-berita korupsi yang masih saja menjadi sorotan.

Sungguh Tuhan telah menciptakan jiwa manusia dengan dua kecenderungan yakni kefasikan dan ketakwaan. Oleh sebab itu ketika hendak melakukan seauatu kebaikan, manusia akan merasakan pertarungan antara seruan yang mengajaknya kepada kebaikan dan seruan kepada keburukan.

Rasulullah telah mengajarkan umatnya untuk mendidik jiwanya, ia bahkan bersabda,"Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh, tiada lain ia adalah hati "(HR. Muslim).

Perilaku korupsi yang makin mengejala ini merupakan problem terbesar negeri ini. Hukuman yang diberikanpun tidak membuat jera perilakunya, tidak sabanding antara maling uang rakyat dengan maling ayam. Maka hukuman bagi koruptorpun harus dibedakan misalnya memakai hukum islam yakni potong tangan ataupun meniru Negara Cina dengan hukuman mati.

Hati atau jiwa merupakan pusat dari segala perilaku dan sikap manusia, maka jiwa perlu diberi nutrisi dengan kebaikan. Seperti makan barang haram, ketika barang haram itu dimakan maka akan terurai dalam tubuh hingga menjadikan segumpal daging itu kotor. Pada akhirnya muncul perilaku-perilaku menyimpang, sebab jiwanya telah diberi makanan yang tidak baik. Sungguh pendidikan jiwa sangat kita butuhkan. (Sciena Madani)
Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar