TBM Ken Maos Unggaran - Orang-orang yang berpikir
walaupun hasilnya salah, masih jauh lebih baik daripada orang-orang yang
tidak pernah salah karena tak pernah berpikir. Mari Berpikir Bebas
hingga ajal menjemput !!! (Pranatyastama)
Berawal dari ‘kegilaan’ membaca, kemudian mendapatkan jodoh kutubuku pula, bapak dua anak ini merasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. sejak kecil, memiliki perpustakaan. Dengan berbekal koleksi gabungan suami-istri ini. Setelah digabung jumlah koleksi mencapai 500 eksemplar di tahun 2005. Tidak lama kemudian bapak Supardi Pranatyastama memberanikan diri memberitahukan kepada warga di sekitar rumah untuk membaca di Perpustakaan yang baru didirikannya. Pada awal berdiri, Bapak Supardi Pranatyastama memberi nama Perpustakaan kecilnya ini dengan panggilan LERENG PENA, sesuai ilham yang didapat ketika menjadi moderator disalah satu seminar saat menjadi mahasiswa dikala itu.
Berawal dari ‘kegilaan’ membaca, kemudian mendapatkan jodoh kutubuku pula, bapak dua anak ini merasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan. sejak kecil, memiliki perpustakaan. Dengan berbekal koleksi gabungan suami-istri ini. Setelah digabung jumlah koleksi mencapai 500 eksemplar di tahun 2005. Tidak lama kemudian bapak Supardi Pranatyastama memberanikan diri memberitahukan kepada warga di sekitar rumah untuk membaca di Perpustakaan yang baru didirikannya. Pada awal berdiri, Bapak Supardi Pranatyastama memberi nama Perpustakaan kecilnya ini dengan panggilan LERENG PENA, sesuai ilham yang didapat ketika menjadi moderator disalah satu seminar saat menjadi mahasiswa dikala itu.
“Setelah sekian lama berjalan, masyarakat sekitar banyak yang mengusulkan untuk nama diganti, karena kesan Lereng menyeramkan, maka sekitar awal 2008 saya akhirnya ganti dengan Pondok Baca KEN MAOS”, urai Bapak Supardi.
Dengan latarbelakang sastra yang kuat, karena Bapak Supardi pernah
mengenyam bangku kuliah di Jurusan SejarahFakultas Sastra Undip Semarang
walau tidak selesai karena banyak terlibat berbagai organisasi kampus
dan banyak kegiatan diluar kampus. Tercermin dari visi KEN MAOS
Terciptanya taman baca sebagai lahan objektivitas guna turut
mengembangkan masyarakat terbuka, menjadikan kalimat yang dipilih
benar-benar merupakan pilihan kata yang kuat dan berkarakter. Tampaknya
bukan slogan semata, karna didalam kalimat tersebut terkandung makna
yang tajam. Berada di kawasan perumahan Bukit Asri 2 Blok O/II Lerep
Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang, KEN MAOS mulai menggeliat
sejak tahun 2009 diisi dengan berbagai kegiatan mendekatkan anak untuk
membaca, salahsatunya belajar bersama, mendiskusikan buku-buku menarik
setiap sebulan sekali.
Tekad ikut berbuat sesuatu melihat kondisi minat baca ana-anak yang
membuat miris pecinta buku ini mencetuskan tiga misi KEN MAOS yang
selalu menjadi pegangan:
1. Menyediakan bahan pustaka yang variatif, multi disiplin, dan berbobot.
2. Membiasakan kegiatan ilmiah dan membaca sebagai kebutuhan.
3. Menjalin kerja sama dengan banyak kalangan yang mendukung kebebasan berpikir dan sikap terbuka.
1. Menyediakan bahan pustaka yang variatif, multi disiplin, dan berbobot.
2. Membiasakan kegiatan ilmiah dan membaca sebagai kebutuhan.
3. Menjalin kerja sama dengan banyak kalangan yang mendukung kebebasan berpikir dan sikap terbuka.
Koleksi selain ratusn judul buku, juga disediakan majalah, dan jurnal
yang dimuarakan satu idealisme Bapak Supardi: “Bertujuan mengembangkan
kebebasan berpikir dan sikap terbuka”, tegas bapak Supardi meyakinkan
bahwa usaha ini pasti tidak akan sia-sia. Sebuah motivsi dan semangat
yang patut diteladani.
KEN MAOS sama sekali tidak memungut biaya apapun, terbuka untuk umum dan
tanpa bayaran. “Yang penting, anak-anak dan masyarakat senang
membaca,dan mau memanfaatkan perpustakaan ini, sudah merupakan value
yang tak ternilai bagi saya, dengan kata lain menjadi kepuasan batin,”
kata bapak Supardi.
Beberapa Alat Permainan Edukatif juga disediakan KEN MAOS, “kami
berusaha menyediakan APE yang menarik dan membuat betah anak untuk
berada di KEN MAOS walaupun dari segi kuantitas masih terbatas
jumlahnya, karena keterbatasan kami tentunya. Sang istri yang juga
berprofesi sebagai guru di SD Assalamah Ungaran juga ikut menyemarakkan
KEN MAOS, salah satunya dengan mengadakan kegiatan rutin ngaji untuk
anak-anak disekitar perumahan, kebetulan istri Bapak Supardi menjadi
guru Agama Islam di SMP tersebut.
Kegiatan kecil lain, member kupon pertanyaan kepada anak-anak mengenai
buku yang sudah dibaca, bila buku yang dibaca anak-anak ada satu masalah
yang sulit dipahami/ pengetahuan yang tidak diketahui maka dalam satu
minggu sekali setiap Jumat sore diadakan diskusi anak-anak, dengan
materi dari pertanyaan anak-anak tersebut. Satu kegiatan sepele yang
tidak bisa dianggap remeh manfaatnya.
Bapak Supardi menjelaskan bahwa “Di KEN MAOS juga disediakan komputer
untuk belajar anak-anak, kami membebaskan anak-anak untuk belajar
komputer disini, kadang kadang sambil membaca mereka menuliskan cerita
menurut mereka sendiri buku yang sudah mereka baca. Hal tersebut akan
melatih anak-anak untuk mempunyai pendapat dan kebebasan berpikir
sendiri”. Bapak Supardi adalah seorang wiraswasta yang secara sukarela
‘ikhlas’ mengabdikan diri untuk KEN MAOS. Buka setiap hari, antara jam
12 siang sampai dengan jam 9 malam, dengan waktu yang fleksibel saat
melayani peminjaman. Dikarenakan adakalanya harus bekerja di salah satu
perusahaan swasta.
Sistem administrasi yang dipakai masih terlihat sederhana, buku di beri
cap, kemudian di inventarisasi ke buku induk. Untuk peminjaman pun
dicatat kedalam buku peminjaman. Hanya kode buku yang perlu dibenahi.
---setelah TIM BULETIN PUSTAKA berkoordinasi dengan Tim Pembina
Perpusdes dari Seksi Pengembangan Kantor Perpustakaan Daerah kabupaten
Semarang, telah memperoleh lampu hijau untuk segera dibina masalah
ketertiban administrasi perpustakaan di KEN MAOS ini tentunya pembinaan
dikomunikasikan terlebih dahulu antara pengelola dan tim Pembina terkait
masalah waktu.---
Tapi segala kekurangan tersebut tidaklah menjadi masalah, dikarenakan
yang paling utama terlebih dahulu adalah ‘pemanfaatan buku’ itu
tersebut. Setelah itu kemudian baru secara pelan-pelan administrasi
perpustakaan dibenahi.
Dari pantauan Tim Buletin Pustaka saat berkunjung di KEN MAOS, memang
belum atau malah tidak ada sentuhan sama sekali dari instansi
pemerintahan (baca : bantuan/perhatian). Kecuali sedikit pengakuan Bapak
Kades Lerep, dengan membuatkan Surat Keputusan mengenai Keberadaan KEN
MAOS dan kepengurusannya. Untuk itu melalui selayang pandang KEN MAOS
ini kami berniat mengetuk hati para pemerhati perpustakaan, pecinta buku
atau para volunteer minat baca untuk ‘sengkuyung’ bersama memajukan
embrio perpustakaan yang mulai menggeliat ini.
Setiap harinya, tidak kurang dari 15-20an anak berkunjung,
“Bermacam-macam kepentingan mereka, ada yang membaca, meminjam, bermain
APE, belajar komputer atau sekedar bermain juga kami terima dengan pintu
terbuka”, jelas Bapak Supardi. Dengan Peminjaman gratis. Sudah saatnya
kita tergerak, melihat para pekerja sosial yang tanpa pamrih ini.
Akankah kita berdiam diri?
Satu pesan terakhir, sebelum TIM BULETIN berpamitan adalah Tetap
semangat dan Berusaha Pak…! Semoga harapan KEN MAOS cepat terwujud.
Untuk korespondensi dan bantuan dalam bentuk apapun bisa menghubungi KEN MAOS di Perum. Bukit Asri 2 Blok O/11 Lerep, Ungaran Barat, Kab. Semarang. 024-76914636 atau dapat langsung menghubungi Bapak Supardi Pranatyastama, HP 085742121099, tengok juga ke website: www.kenmaos.blogspot.com. (BM)
0 komentar :
Posting Komentar