Oleh: Arifin Mufti
“Cahaya (An Nuur) merupakan salah satu judul Surah atau Bab pada Kitab
Mulia. Ia memiliki makna ganda, baik metafora sebagai “cahaya pembimbing kepada
Tuhan-Nya”, juga bermakna sebagai spektrum cahaya pada fisika. Kalimat khusus -
cahaya diatas cahaya - adalah perumpamaan ajaib, yang memberi isyarat akan
fenomena Quasi Stellar, obyek yang paling terang di Jagad Raya."
Liburan hari Raya Idul Fitri
yang baru lalu, saya sempat membaca kembali bukunya Janna Levin seorang penulis
wanita muda, astronom, berupa – ‘diary of a finite time in a finite space”.
Bukunya sangat inspiratif, terutama gaya penulisaannya. Judul aslinya, “How
The Universe Got It Spots”. Karena buku ini, saya teringat fenomena Quasi
Stellar yang diisyaratkan dalam Kitab Mulia, pada surah an Nuur, atau jika
diterjemahkan menjadi “The Light” atau Cahaya.
Namun , tiba-tiba hard disc
komputer PC saya bermasalah, sehingga tertunda penulisannya – padahal data semua
ada disana. Baru sekarang dapat diselesaikan, ditulis ulang, setelah diminta
sejumlah teman.....:D .
Sebagaimana diketahui, Kitab
Mulia terdiri dari 114 bab atau Surah. Judulnya sangat beragam dan ‘aneh’, bagi
orang awam. Diantaranya ada Besi atau Ferum (al Hadiid), Araneae Arachnida atau
Labah - labah (Al Ankabuut) dan The Light atau spektrum Cahaya (an Nuur). Ia
memiliki arti ganda, baik metafora sebagai ‘cahaya yang akan membimbing ke
Tuhan-Nya’ maupun cahaya yang diartikan pada disiplin ilmu Fisika modern,
dengan kecepatan 300 x (10 pangkat 3) km per detik (About Time – Paul Davies,
Penguin Books). Surah ini ditempatkan pada posisi ke-24 dengan jumlah ayat
sebanyak 64. Diantara ayat yang menyebutkan cahaya, ada satu ayat yang sangat
populer, baik dikalangan sufi maupun fisikawan, yaitu pada ayat ke-35, yang
menyebutkan frase “cahaya diatas cahaya’, atau ‘ nuurun 'alaa nuurin”.
Kalimat, “Tuhan membimbing
kepada cahaya-Nya, bagi siapa saja yang dikehendaki”, menjadi tema sentral
kaum Tasawuf. Intinya, mengapa Tuhan membuat perumpamaan dengan ‘misykat’,
pelita dan minyak? Al-Ghazali menyebutkan seperti yang dikutip dari tradisi
Islam,” Allah mempunyai tujuh puluh ribu hijab (tirai penutup) cahaya dan
kegelapan. Seandainya Ia menyibakkannya, niscaya cahaya-cahaya wajah-Nya akan
membakar siapa saja yang memandang-Nya.”
Baik mari kita kembali ke ayat
tersebut. Bagaimanapun juga, pembahasannya memerlukan pengetahuan astrofisika.
“Allah (pemberi) cahaya
(kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang
dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya),
yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa
yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (an-Nur 24 : 35).
Esensi ayat ini adalah bahwa
Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di alam semesta tanpa sentuhan api.
Namun menyangkut perumpamaan, para ahli tafsir klasik menghadapi kesulitan
untuk menjelaskan lebih rinci. Dengan beberapa pengecualian mereka akan
menjelaskan bahwa ‘misykat’ , atau suatu lubang yang tidak dapat ditembus,
adalah lubang di rumah-rumah untuk tempat lampu obor, yang ada di dinding
rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh
di bukit-bukit, sehingga sinar matahari dapat menyinari, baik pada saat
matahari terbit maupun matahari terbenam.
Ahli tafsir modern, seperti Malik
Ben Nabi, salah satu cendekiawan Islam dari Prancis abad ke-20, menjelaskan
bahwa misykat tersebut adalah lampu bohlam: Pohon yang dimaksud adalah kawat
wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa disentuh api, dibungkus gelas
kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke segala arah sehingga dapat
menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat yang tak dapat ditembus,
karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana. Namun bagaimanapun juga, belum
dapat menjelaskan ‘tidak di Timur dan tidak di Barat”. Apa lagi luas
lingkupnya juga terbatas, “tidak menggambarkan kekuasaan Tuhan”, Sumber
Metafisis Yang Tertinggi di Jagad Raya.
Dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para
astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi di akhir abad ke-20, dalam bukunya The
Grand Unifying Theory of Everything - perumpamaan ajaib (matsal) ayat
tersebut lebih mendekati kepada fenomena Quasar dan ‘gravitasi efek lensa’ yang
menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar adalah objek di
langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka mewakili objek
yang paling terang di Alam Semesta, jauh lebih terang dari cahaya Matahari atau
Bintang manapun juga. Para astronom menemukan bahwa objek “seperti bintang’
ini terletak sekitar 13 miliar tahun cahaya dari Bumi. Objek ini tentunya
mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat dari
sini. Energi mereka berasal dari “pusat lubang hitam yang sangat masif”.
Asadi menjelaskan, Stellar mempunyai energi yang sangat luar biasa besarnya,
10.000 kali energi galaksi Bima Sakti kita.
Karakter pertama dari ayat ini
yaitu ‘misykat’ adalah “lubang hitam”, sedangkan karakter kedua
yaitu “pelita dalam kaca” adalah galaksi yang menghasilkan efek gravitasi lensa
seperti Quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca (gelas). Coba simak
keterangan Quasar oleh astronom NASA dalam situsnya. (Pemerintahan Tuhan –
Arifin Mufti, 2006).
“Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek
lensa sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan
berbagai image (lapisan cahaya di atas cahaya)”
Energi Quasar yang berasal
(dicatu) dari lubang hitam, terjadi ketika “bintang-bintang dan gas” dari
galaksi terhisap di dalamnya. Karakter lainnya yang disebut “pohon” oleh Kitab
Mulia adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan
galaksi sebagai “pohon-pohon” yang terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja
istilah diagram Hertzprung Russel, dalam buku Timothy Ferris, The Whole
Shebang, 1997.
Barangkali, karakter lainnya
yang menarik dari ayat di atas adalah pernyataan “diterangi tanpa tersentuh
oleh api”, suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan spektrum cahaya yang
sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk
pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling
ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom
hidrogen ber tumbukan dan membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika
mengeluarkan energinya. Energi inilah yang membuat objek “bintang- bintang”
bersinar tanpa “disentuh api’, energi ini juga yang memelihara keseimbangan
posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada
sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk meng gambarkan ayat di
atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut: “seakan-akan bintang yang
bercahaya, berkilauan seperti mutiara”. Dalam beberapa terjemahan, diungkapkan
dengan ‘kilauan mutiara. Tetapi fakta aslinya lebih terang dari sinar bintang,
dan memang seperti “mutiara” bila kita lihat dari foto-foto NASA yang ada,
gemerlapan, sangat menawan. Lebih dari 200.000 Quasar di Jagad Raya yang
diketahui, kebanyakan berdasarkan dari Sloan Digital Sky Survey, direkam
menggunakan HST – Hubble Space Telescope di ruang angkasa. Mereka terbentuk,
diawal-awal lahirnya Alam Semesta. Quasar yang terlihat sangat terang terletak
pada arah peta langit 3C 273 dalam konstelasi Gugusan Bintang Virgo.
Nah, sekarang pikirkanlah
perkataan Nabi diatas yang berhubungan dengan cahaya, ‘wajah Tuhan’, dan hijab!
Gambaran yang pas dan relevan. Di Jagad Raya yang luas ini, jika saja Quasar
berada jutaan tahun cahaya dari Bumi, dan bukan belasan miliar, maka tidak ada
satu mahluk hiduppun yang mampu bertahan di galaksi kita. Boleh jadi, tidak ada
galaksi Bima Sakti, karena terhisap kedalam Lubang Hitam di Pusat Quasi
Stellar, dimana bisa dipastikan akan lebih dulu menguap terbakar oleh cahaya
yang sangat kuat!
Dibawah ini, adalah terjemahan
bebas ayat 35 Surah an-Nuur dari perspektif sains sebagai perumpamaan “cahaya
di atas cahaya":
" Tuhan (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan
cahaya Tuhan, adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat),
yang di dalamnya ada Pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca
(efek gravitasi lensa dari galaksi) itu seakan akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang
hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaks- galaksi) yang tumbuh tidak
di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (fusi
nuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (efek gravitasi lensa), Tuhan membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Tuhan membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,dan Tuhan
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Mengapa Surah Cahaya Ada Pada Posisi Ke-24?
Mengapa susunan Surah ini
diletakkan pada ututan ke-24. Padahal kalau melihat kronologis turunnya wahyu,
Surah ini termasuk belakangan - lima tahun sebelum Nabi wafat - turun di
Medinah tahun 627 M. Tentu saja pertanyaan yang sulit dijawab bagi kebanyakan
orang.
Kitab Mulia Kuno Bukan suatu kebetulan bahwa judul Surah atau judul Bab
juga memiliki kode tertentu dalam mushaf (susunan) Kitab Mulia. Misalnya saja,
Surah Yusuf (Yoseph), ada pada posisi ke-12. Mudah dipahami, karena Yusuf
bersaudara jumlahnya ada 12 – anak dari Yakub as (Yakob). Paling bungsu adalah
Bunyamin atau Benyamin dalam bahasa Ibrani. Ini juga berhubungan dengan mimpi
Yusuf as yang melihat 11 planet sujud (berputar mengelilingi) Bintang . Di
kemudian hari, terbukti bahwa Bintang tersebut adalah Yusuf as sebagai Raja
Muda di Mesir Kuno, dan 11 saudaranya yang harus taat kepadanya. Ini terjadi
pada Dinasti Kerajaan Lama pada sejarah Mesir Kuno.
Human atau al Insaan (manusia modern) ditempatkan pada posisi ke-76
dalam Kitab Mulia. Belakangan kita tahu bahwa manusia normal seperti kita ini
memiliki 76 ruas tulang jari kaki dan tangan. Baik kaki dan tangan, terdiri
dari 19 ruas tulang jari (kanan atau kiri). Jempol paling sedikit hanya 3 ruas
tulang jari, sedangkan jari lainnya, masing-masing 4 ruas tulang. Ruas tulang
jari tangan adalah 5 os. Phalanges Manus (ujung depan) dan 14 os. Digiti Phalanges
Manus. Jari kakipun demikian, 5 os. Phalanges Pedis (ujung depan) dan 14 os.
Digiti Phalanges Pedis (Ensiklopedia Medis) . Dengan demikian masing-masing
jumlahnya 19. Bilangan 19 adalah kode utama Kitab Mulia, bilangan prima.
Bilangan eksklusif yang tidak dapat dibagi oleh bilangan lainnya, kecuali oleh
angka satu dan angka itu sendiri.
Aneh! Tapi bukan kebetulan.
Lalu apa hubungan Cahaya
dengan Surah nomor 24?
Angka 24 sendiri tidak ada makna
apa-apa kecuali angka genap, angka biasa. Tetapi, sebagaimana dilaporkan oleh
kelompok Studi The Cordoba Centre, bulan lalu. Angka 24 tersebut akan bermakna
jika dijumlahkan dari nomor surah 1 hingga nomor surah 24, atau: 1+2+3+4+5+........+21+22+23+24=
300. Dan, bilangan 300 adalah angka populer yang menunjukkan karakter kecepatan
cahaya dalam satuan ribu km/detik, atau 300 x (10 pangkat 3) km per detik –
yang biasa diajarkan pada tingkat sekolah menengah atas di Indonesia dan
perguruan tinggi sains!
Kripto 7.
Dapat dibaca Notes saya yang
lama-lama - Kitab Mulia pada umumnya menggunakan kripto, berpasangan (pairs),
19, 11 dan 7. Ada surah dan ayat yang menggunakan bilangan prima 13, tetapi
sedikit - misalnya surah ke-13, Ar Ra'du atau Guruh.
Berbeda dengan surah an Nuur, ia
dilindungi selain dengan bilangan prima 19, juga dengan bilangan prima 7.
Puluhan struktur, menunjukkan kripto 7. Misalnya saja, yang sederhana:
Ayat 35 yang mencatat ‘cahaya diatas cahaya’, terdiri dari 49 kata
Arab, atau pasangan 7 x7 dan 196 abjad Arab, atau empat pasangan 7, 4 x 7x7 .
Kata ‘an Nuur” dalam bahasa Arab juga disebut 7 kali dalam surah tersebut!!
Lima kali di (Qs, 24:35) dan dua kali di (Qs, 24:40).
Kombinasi nomor Surah (24), jumlah ayat (64) dan nomor ayatnya (35)
adalah kripto 7. Perhatikan: 24 64 35, atau 2 4 6 4 3 5 = 7 x 352505!
Kombinasi posisi jumlah Surah Kitab Mulia (114) dengan posisi surahnya,
The Light (24), juga kripto 7. Perhatikan: 1 1 4 2 4 atau 7 x 1632.
Struktur yang lebih sukar,
misalnya saja posisi ayat 35 dalam Surah an Nuur, merupakan ayat yang ke –
2734. Mudah dihitung dari mulai surah pertama Al Fatihaah/Pembuka 7 ayat, surah
berikutnya Al Baqarah/Sapi Betina 286 ayat, dan seterusnya hingga surah an
Nuur/Cahaya ayat ke 35. Dijumlahkan, akan didapat 2734 ayat. Kita tahu jumlah
ayat Kitab Mulia seluruhnya 6236 ayat. Sekarang perhatikan kriptonya, dimulai
dari jumlah ayat seluruhnya: 6 2 3 6 2 7 3 4. Bilangan ini merapakan bilangan
kelipatan 7, atau 6 2 3 6 2 7 3 4 adalah 7 x 8 9 0 8 9 6 2.
Sangat luar biasa bilangan
tersebut, karena bolak-balik merupakan kripto 7. Perhatikan, kita akan baca
dari kanan kekiri: 4 3 7 2 6 3 2 6, atau 7 x 6 2 4 66 1 8.
Sekarang teman-teman dapat
membayangkan kerumitan susunannya. Mulai dari jumlah kata, jumlah abjad, jumlah
pengulangan kata an Nuur, posisi surah dan ayat, hingga jumlah ayat – semua
menggunakan kripto atau kode 7. Bilangan prima yang biasa digunakan ketika
thawaf (mengelilingi Ka’bah), dan sa’i (lari-lari kecil) pada ibadah Haji.
Surah An Nuur turun di Medinah,
tahun 627 M, sebelum Perang Parit. Dimasa- masa dimana disinformasi berupa
fitnah kepada Aisyah istri Nabi dilancarkan oleh kubu orang-orang Munafik yang
dipimpin oleh Abdullah bin Ubay, orang yang tidak suka Nabi - mengguncangkan
kubu Muslim. Bagaimanapun juga Ubay merasa seharusnya menjadi Raja Muda di
Medinah. Namun kedatangan dan popularitas Nabi telah menghambat niatnya (
Sayyid Abul Ala Maududi - Tafhim al-Qur'an - The Meaning of the Qur'an).
Cahaya diatas cahaya atau
‘nuurun 'alaa nuurin’, yang direkam pada surah 24 ayat 35, adalah fenomena
khusus di Jagad Raya, ia berhubungan dengan perumpamaan ajaib mengenai Quasi
Stellar, obyek yang sangat terang, belasan miliar tahun cahaya dari Bumi. Surah
Cahaya-pun ditempatkan pada nomor 24, berhubungan dengan karakter bilangan
utama kecepatan cahaya 300 dalam satuan ribu km/detik. Ia juga dilindungi
dengan puluhan struktur kripto 7, untuk menunjukkan keaslian firman Illahi dan
‘menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman”.
Salam
Arifin Mufti
Bandung, West Java, Indonesia.
Buku dan artikel terkait:
Pemerintahan Tuhan - Arifin Mufti
Matematika Alam Semesta - Arifin Mufti
How The Universe Got It Spots - Janna Levin
About The Time - Paul Davies
The Meaning Of The Qur'an - Sayyid Abul Ala Maududi.
Theory Of Everything - Mohammed Asadi
Ensiklopedia Medis
The Cosmic Habitat - Sir Martin Rees.
Prime Number List - Math Is Fun
The Whole She Bang - Timothy Ferris
untuk menunjukkan keaslian firman Illahi dan ‘menambah keyakinan bagi orang-orang yang beriman”.
BalasHapus