Bule Hunter Nyaris Terjebak Trafficking

WM JakartaBule hunter alias pemburu bule merupakan orang—baik laki-laki maupun perempuan—yang melakukan pengejaran terhadap orang kulit putih baik dari Amerika, Australia maupun Eropa. Pengejaran yang dimaksud adalah untuk menjadikan Sang Bule sebagai pendamping hidup, baik sebagai pacar, suami, klien dalam bisnis prostitusi, ataupun teman kencan saja.

Apa istimewanya bule?. Fisik, isi dompet hingga kehidupan seks dikupas gamblang dalam buku Bule Hunter, yang ditulis Elisabeth Oktofani, wartawan salah satu media outlet yang sedang berkembang di Indonesia. Sebelumya, Fani juga pernah menjadi reporter di Jakarta Globe, dan kontributor lepas di Khabar Southeast Asia.

Dengan latar belakang sebagai jurnalis, Fani menuliskan kisah-kisah para perempuan pemburu bule dengan lugas dan berdasarkan fakta, wawancara serta investigasi yang ditemuinya di lapangan.

Cetta Padma Rini, rela meninggalkan Henry suaminya yang sangat mencintainya dan memanjakannya dengan uang untuk menerima tawaran Martin, mantan pacarnya yang berasal dari Jerman. Martin menawarkan uang sebesar 5,000 euro jika Cetta dapat mengirimkan satu perempuan Indonesia untuk dijadikan sebagai pelacur di Eropa.

Keadaan membuat Cetta nyaris terjerumus dalam trafficking karena Henry suaminya tiba-tiba saja bangkrut dan mengungkit-ungkit uang pemberiannya kepada Cetta. Marriage life with no sex, ini juga yang  mendorong Cetta terbang ke Bangkok, Thailand menemui Martin dan memulai bisnisnya human trafficking.

Moral issue Cetta diuji, terlebih dirinya ingat dengan seorang pelacur bernama Teh Nurmali yang menjual dirinya kepada bule semata-mata hanya karena mencari uang untuk membiayai anak-anaknya.

Tidak hanya Cetta dan Teh Nurmali, buku ini juga bercerita tentang perempuan-perempuan pemburu bule yang tidak jarang harus menghadapi kenyataan pahit karena kehidupan yang tidak seindah dalam angannya.

“Beberapa teman saya mengatakan bahwa alasan mereka memilih bule karena sebagai perempuan Indonesia yang berkulit cokelat, kerempeng dan rambut keriting, mereka merasa susah mencari pacar orang Indonesia. Kebanyakan laki-laki Indonesia sudah menjadi korban iklan dimana perempuan cantik itu harus berkulit putih atau kuning langsat, ramping, dan berambut lurus panjang,” tutur Fani.

Sebaliknya, lanjut dia, orang-orang dari Ras Kaukasoid justru menganggap bahwa perempuan Indonesia sangat eksotik dengan kulit mereka. “Saya sendiri dulu waktu masih SD dan SMP kerap diejek dengan sebutan Amazon karena rambut keriting dan kulit cokelat saya,” tukasnya.

Rencananya, buku yang juga menceritakan pengalaman pribadinya yang menikah dengan laki-laki dari Ras Kaukasoid akan dilaunching pada Rabu, 10 September 2014 di Reading Room Jl. Kemang Timur No.57 Jakarta Pukul 14.30 – 16.30 WIB. Dalam acara tersebut akan hadir Myra Diarsi (aktivis Perempuan).

Buku setebal 311 halaman ini diterbitkan renebook, penerbit sejumlah buku yang laris dipasaran antara lain “Allah, Liberty and Love” (Irshad Manji), Puisi Esai “Atas Nama Cinta” (Denny JA), “Menghadang Negara Gagal (Adhyaksa Dault), dan lain-lain. *)
Share on Google Plus

About Madani

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar