Eceng Gondok Sebagai Bahan Pupuk Kompos

ECENG gondok termasuk tumbuhan perennial dan merupakan tumbuhan yang dapat mengapung bebas bila air dalam dan berakar di dasar bila air dangkal. Tumbuhan tersebut berkembang biak dengan stolon (vegetatif) dan juga secara generatif, tiap tahun berbunga, dan setelah 20 hari terjadi penyerbukan, buah masak, lepas dan pecah, biji masuk ke dasar air. Karangan bunga berbentuk bulir, bertangkai panjang, dan terdapat 10-35 bunga; tangkai dengan 2 daun pelindung yang duduknya sangat dekat, yang terbawah dengan helaian kecil dan pelepah yang berbentuk tabung.2

Tumbuhan eceng gondok  masuk dan cepat tumbuh di Indonesia pada tahun 1894.3 Adanya tumbuhan ini dalam suatu area perairan akan mengganggu lalu lintas air, mengurangi jumlah dan kualitas air, menimbulkan pendangkalan perairan    yang dapat menurunkan produksi ikan.4

Adanya beberapa masalah dan gangguan yang merugikan manusia yang ditimbulkan oleh eceng gondok, sangat dirasa perlu adanya suatu pengendalian dan teknik pengolahan yang memadai. Salah satu usaha untuk pengendalian eceng gondok adalah pemanfaatan eceng gondok  agar menjadi sumber daya alam berguna.
Hasil penelitian yang dilakukan  di India, menunjukkan bahwa  eceng gondok yang masih segar mengandung 95,5 % air; 3,5 % bahan organik; 0,04 % nitrogen; 1 % abu; 0,06 % fosfor sebagai P2O5 dan 0,20 % kalium sebagai K2O. Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa percobaan analisis kimia tumbuhan eceng gondok atas dasar bahan kering menghasilkan 75,8 % bahan organik; 1,5 % nitrogen; dan 24,2 % abu. Analisis terhadap abu yang dilakukan menunjukkan 7.0 % fosfor sebagai P2O5; 28,7 % kalium sebagai K2O; 1,8 % natrium sebagai Na2O; 12,8 % kalsium sebagai CaO dan 21,0 % khlorida  CCL.5

Eceng gondok sebagai bahan kompos
Penggunaan eceng gondok sebagai bahan kompos diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia pertanian. Tujuan pemberian kompos pada suatu lahan antara lain untuk memperkaya bahan makanan bagi tanaman dan memperbaiki sifat fisik tanah akibat pencucian. Tujuan tersebut akan terpenuhi jika bahan yang akan dikomposkan mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Hasil analisis kompos eceng gondok atas dasar bahan kering adalah  2,05 % nitrogen; nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) adalah 13:1 ; 1,1 % fosfor sebagai P2O5 ; 2,5 % kalium sebagai K2O ; 3,9 % Ca sebagai C2O.6

Kompos dibuat dengan cara membusukkan bahan sisa tumbuhan atau hewan dalam suatu tumpukan. Pengertian pengomposan menurut Murbandono adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkan terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah atau mendekati C/N tanah sebelum digunakan sebagai pupuk.7 Jadi dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa prosesnya berlangsung pada keadaan yang diatur sehingga akan menghasilkan suatu produk yang berguna bagi pertanian. Pada pengomposan proses peruraian oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok untuk perbanyakan mikroorganismenya serta kegiatannya.

Bahan organik yang telah terkomposkan dengan baik bukan hanya memperkaya bahan makanan tetapi terutama berperan besar terhadap perbaikan sifat-sifat tanah yaitu :
a)    Mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi tanaman.
b)    Memperbaiki drainage dan tata udara tanah
c)    Meningkatkan pengaruh pemupukan dari pupuk-pupuk buatan.
d)    Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh pengairan atau air hujan.8

Pada pengomposan, proses penguraian bahan oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok untuk memperbanyak mikroorganisme dan kegiatannya. Dengan meningkatnya mikroba dalam pengomposan akan mempercepat diperolehnya produk akhir dari pengomposan yang dilakukan. Untuk itulah faktor-faktor yang mempengaruhi selama proses pengomposan harus diperhatikan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a)    Sifat fisik bahan.
Pada proses pengomposan akan berlangsung cepat jika substrat halus dan berukuran kecil. Ukuran yang kecil akan mudah didekomposisi oleh mikroorganisme yang berarti mempercepat pengomposan.9

b)    Kandungan N dari bahan asalnya
Jasad-jasad renik yang menguraikan bahan pengomposan memerlukan senyawa N untuk perkembangannya. Untuk itulah pada pembuatan kompos perlu ditambahkan pupuk kandang atau pupuk buatan.10

c)    Kelembaban
Kelembaban sangat berpengaruh selama proses pengomposan. Kelembaban tidak boleh terlalu rendah, karena itu dalam proses pengomposan perlu ditambahkan kapur atau abu dapur.11

d)    Cukup mengandung air dan udara
Bila tumpukan kompos kurang mengandung air, tumpukan ini akan bercendawan. Hal ini akan sangat merugikan karena peruraian akan berlangsung lambat dan tidak sempurna. Sebaliknya bila terlalu banyak mengandung air, keadaannya berubah menjadi anaerob yang tidak menguntungkan bagi kehidupan jasad renik.12

Pada tahap akhir pengomposan akan dihasilkan bahan yang sudah stabil yang disebut sebagai kompos. Kompos yang matang akan ditandai dengan warna gelap, tidak berbau, struktur remah, berkonsentrasi gembur, serta tidak larut dalam air.13
Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar