Konsep Kosmologi dalam Serat Wedhatama

KENYATAAN alam semesta pada hakikatnya adalah kenyataan yang dibangun dari kenyataan-kenyataan besar (makrokosmos) dan kenyataan besar sebagai keseluruhan pada dasarnya sangat gaib, metafisik, bersifat abstrak, yang pada hakekatnya tersusun dari satuan kenyataan-kenyataan kecil yang dapat dilihat, ditangkap dan ditimbang. Tetapi yang abstrak itu tidak berarti tidak ada, karena bangunan dan dasarnya bangunannya memang berasal dari kenyataan ada dan yang ada pada kenyataan-kenyataan satuan kecil yang secara empirik dapat dilihat, ditangkap dan ditimbang.

Dalam tahap ini, sesungguhnya ada dua kenyataan, yang pertama adalah kenyataan yang besar, keseluruhan yang abstrak, metafisik, gaib, yang hanya dapat dimengerti melalui konsep, dan kedua adalah kenyataan kecil (mikokosmos) satuan empirik yang dilihat, ditangkap dan ditimbang, oleh peralatan indera fisik. Dengan demikian, pembahasan kosmologi memperoleh posisi pengertian yang lebih jelas, yang pada dasarnya mencoba membahas hakikat alam semesta sebagai eksistensi Illahi. Tentang kenyataan alam besar, suatu wujud keseluruhan jenis, yang bersifat abstrak, yang dapat ditangkap dan dimengerti melalui konsep filsafat.

Dalam Serat Wedhatama dapat kita jumpai suatu ajaran tentang konsep alam semesta yang terbagi menjadi tiga dunia (triloka), ajaran ini merupakan pengaruh dari filsafat Hindu yang mempunyai konsep mengenai dunia, manusia, dunia bawah dan dunia atas, tetapi dalam uraian ini tidak dijelaskan secara pasti, sebagaimana yang tercantum dalam pupuh pocung pada bait ke 2:

Angkara gung
Neng angga anggung gumulung,
Gegolonganira
Triloka lekere kongsi,
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Arti:

Nafsu angkara yang besar
Didalam diri selalu berkumpul dengan kelompok nafsu
Sampai menguasai tiga dunia
Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya.

Dalam kandungan diatas terdapat suatu peristiwa tentang perlunya pengolahan raga dan pengolahan jiwa, agar tercapainya kesatuan dari ke dalam daya kosmos universal sebagai tujuan untuk mencapai kesempurnaan dan kontrol terhadap sikap individualitasnya. Tindakan itu berupa pembebasan diri dari belenggu alam empiris (bersifat materi) menuju pada kondisi eksistensial secara transenden, dan terciptanya kesatuan mutlak manusia, yang digambarkan secara emanatif, sebagai penerang (cahaya) dan ia harus kembali ke asalnya (paraninng dumadi) yaitu Dzat kosmos (yang Illahi/mutlak). Untuk mencapainya kita harus bisa melawan dan melenyapkan ego kita, yakni perasaan yang menyibukkan kita dengan hal-hal yang bersifat duniawi dan semu, sehingga menjauhkan kita dari segala yang konkrit yaitu sang pencipta dunia. Oleh karena itu kita harus mencapai kebebasan batin secara sempurna, yaitu dari material menuju tingkatan menjadi diri mutlak yang identik dengan ada mutlak (kenyataan hidup sejati).

Sementara dalam pupuh gambuh bait ke 18 disebutkan:

Ruktine ngangkah ngukut
Ngiket ngruket triloka kakukut
jagad agung ginulung lan gagad alit,
Den kandelkumadel kulup,
Mring kelaping alam kono.

Arti:

Memeliharanya (caranya dengan)
berusaha menguasai, mengikat
merangkul tiga jagad dikuasai
jagad besar diguling dengan jagad kecil
perkuatlah kepercayaanmu anaku,
terhadap keadaan gemerlapnya alam itu

Dari urian diatas dijelaskan bahwa manusia hidup dalam tiga “alam” (triloka) meliputi alam sejati, badan halus serta badan kasar. “Ada” yang tak berubah adalah suksma kawekas (Allah SWT). “Ada” yang kembali adalah sukma sejati (Rasulullah) dan Roh suci adalah “ada” manusia dalam badan halus. Ketiga-tiganya menurut ajaran R. Soenarto disebut Tri purusa, cermin dari  Tri purusa dalam badan halus inilah yang disebut Aku ego. Ego ini bertugas melindungi roh suci dari dorongan nafsu. Untuk itulah ego berdaulat dengan kemampuan angan-angannya yang berupa cipta, nalar, dan pengertian. Dalam hubungannya dengan tri purusa mestinya aku selalu eling, percaya dan mituhu.  Yang dimaksud  eling atau sadar ialah sadar untuk selalu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Dengan selalu sadar terhadap Maha Tunggal maka manusia akan dapat bersifat hati-hati hingga dapat memisah-misahkan yang benar dan yang salah, yang nyata dan yang bukan, yang berubah dan yang tidak berubah.

Yang dimaksud percaya ialah percaya terhadap suksma sejati atau utusan-Nya yang disebut guru sejati. Dengan percaya terhadap utusan-Nya yang disebut guru sejati berarti pula percaya kepada jiwa peribadinya sendiri serta kepada Allah, karena ketiga-tiganya adalah tunggal yaitu yang disebut tri purusa tadi. Sedangkan yang dimaksud mituhu ialah setia kepada dan selalu melaksanakan segala perintah Nya yang disampaikan melalui utusanNya. Sebab semua tugas baik yang diterima  manusia pada hakekatnya adalah tugas yang diberikan Allah.

Dengan berlaku eling, percaya dan untuk manusia akan merasa yakin dan benar bahwa kehidupan tidak sekedar sekarang ini dan disini saja, melainkan masih berkelanjutan. Dengan dasar bahwa masih terdapat kehidupan yang nyata yaitu manusia harus kembali ke asal tujuannya, yakni Dzat hidup/jiwa alam semesta. Dzat kosmos/Brahman kapan manusia kembali ke asal tujuannya atau manunggal ? Berdasar pada pandangan mereka yang mengetahui adanya Dzat mutlak dan tertinggi, sebagai asal tujuan, maka jawaban terhadap pertanyaan tadi adalah bahwa hal tersebut terjadi dua tahap, pertama manusia sebelum meninggal dunia, dan kedua setelah manusia meninggal dunia. Meninggalnya manusia dengan dzat kosmis setelah meninggal dunia tidak dijelaskan secara jelas.  Manusia yang dalam Serat Wedatama mengalami tiga dunia (triloka) dimaksudkan sebagai alam semesta tempat manusia hidup yang disebutnya juga sebagai “jagad besar (ageng)” (makrokosmos).




Refrensi:
Asya'rie, Musa.  Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berpikir, Yogyakarta: Lesfi, 2001.
Mangkunegara, K.G.P.AA.  terj. Wedatama, Surakarta: Yayasan Mengadeg, 1978.
Subagya, R. Kepercayaan Kebatinan, Kerohaniaan, Kejiwaan dan Agama, Yogakarta: Kanisius, 1989.
Jatman, Darmanto.  Psikologi Jawa, Yogyakarta: Bentang Budaya, 1999.
Usman. Mistisisme Serat Wedhatama, Yogyakarta: Lap Penelitian IAIN Suka, 1999.

Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar