PARA peziarah cinta akan mencari jalan cinta, ia bebas menentukan arah mana yang hendak di tuju. Meskipun arah berbeda akan tetapi dalam setiap melewati jalan ucapan, sikap dan perilaku tetap sama. Apa lagi soal tujuan, memiliki kepastian yang sama yakni menuju ridho Allah.
Inila jalan para peziarah cinta ingin menemukan cinta yang hakiki, melalui jalan mujahadah cinta. Jalan ini mengisyaratkan untuk membersihkan kotoran dan noda yang melekat dalam hati. Maka peziarah cinta selalu berusaha membersihkan jiwa (ruhani) dan raga (jasmani).
“Allah sesungguhnya menyukai orang yang bersih hati (bertaubat) dan orang yang bersih fisik (bersuci)” (QS. Al-Baqarah: 222)
Jika yang engkau cintai menyukai kebersihan, apakah kita pantas jika ada setetes kotoran melekat pada diri ini. Sesungguhnya ketika Dia menyukai maka peziarah cinta memiliki kewajiban untuk menyukai perilaku tersebut.
Banyak jalan yang harus dilalui peziarah cinta untuk bisa tetap memiliki kebersihan, ia mau ke arah barat, timur, selatan atau utara. Inilah jalan yang di ridhoi Allah, salah satunya jalan bacaan ini.
Para peziarah cinta meyakini bacaan surat Al-Fatihah sebagai jalan pembuka;
“Tatkala Jibril duduk di sisi Rasulullah, maka ia mendengarkan suara (seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“. (HR. Muslim)
Seperti cerita Ashabul Kahfi sang peziarah cinta, para pemuda yang beriman yang meninggalkan negerinya karena kekejian dan kekejaman Diqyanus Raja Romawi yang menyembah berhala. Demi menyelamatkan keimanan peziarah cinta dapat memisahkan dunianya dan meninggalkan negerinya, dengan rahmat Allah Ashabul Kahfi di selamatkan Allah dengan memberikan nikmat tidur selama 300 tahun sembilan tahun di sebuah ruang The Cave Of The Seven Sleepers.
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari jum’at maka dia akan disinari cahaya diantara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim dan al Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Maka jika kau temui zaman seperti itu yang mampu menguncang keimanan peziarah cinta, hendaklah ia membacanya;
“Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal (huru-hara zaman).” (HR. Muslim)
“Apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” (QS. Al-Kahfi: 102)
Maka sepatutnya pantas sekali jika peziarah cinta meminta perlindungan dari hal-hal yang bisa merusak dan menghancurkan diri. Mintalah dengan menyebut nama-Nya;
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS. Al-A’raf : 180)
Peziarah cinta akan selalu mendidik hatinya untuk tetap istiqamah mencari ridhonya. Peziarah cinta tidak sombong atas ilmu yang ia miliki, layaknya Nabi Musa yang merasa dirinya memiliki ilmu luar biasa. Tapi Allah menunjuk Nabi Khidir yang memberikan pengetahuan yang tidak di miliki Nabi Musa. Di akhir pertemuannya Nabi Khidir berpesan:
“Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kesilapan, engkau, berputus asa dengan kesilapan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kesilapan yang kamu lakukan, wahai Ibn `Imran.”
Peziarah cinta akan mengamalkan pepatah “padi semakin tua akan menunduk”, orang yang berilmu tidak akan sombong dengan ilmunya. Peziarah cinta akan selalu mengerjakan kebaikan seperti pepatah, “jika kita menanam padi, maka akan tumbuh rumput. Tapi jika kita menanam rumput, padi tidak akan tumbuh” yang berarti bahwa setiap kali peziarah cinta melakukan kebaikan ia akan di ganggu dengan hama-hama keburukan dan kejatan.
Peziarah cinta mulai beristigfar memohon ampun atas semua kesalahannya dan menyadari arti penting kehidupan ini untuk selalu berbuat kebaikan dan berjalan sesuai dengan apa yang telah diamanahkan yakni menjadi Khalifah dan Abdillah.
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayag" (QS. An-Nisa’: 110)
“Barang siapa yang selalu beristighfar, maka Allah akan menjadikan keluh kesah kegembiaran, kesempitan menjadi keleluasaan.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Peziarah cinta akan selalu menghiasi lidah dan mulutnya dengan ayat-ayat cinta seperti bacaan surat Al-Ikhlas dan khususnya firman Allah dan mukjizat yang memilki nilai keagungan akhir zaman Al-Qur’an;
“Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an.” (HR. Bukhari)
"Bacalah Al Qur'an sesungguhnya ia akan datang di hari Kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya." (HR. Muslim)
Meski peziarah cinta tidak bisa membaca ayat-ayat cinta ia akan selalu belajar untuk meraih keutamaan, selalu berusaha, syukur, sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan;
"Orang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata karena susah, akan mendapat dua pahala." (HR. Bukhari)
Selamat jalan wahai peziarah cinta semoga kau temukan ridho Allah dan yakinlahlah bahwa Allah selalu meridhoimu.
PROLOG dari buku kecil Jamaah Mujahadah.
Muijahadah (Ngaji Tasawuf Budaya)
Inila jalan para peziarah cinta ingin menemukan cinta yang hakiki, melalui jalan mujahadah cinta. Jalan ini mengisyaratkan untuk membersihkan kotoran dan noda yang melekat dalam hati. Maka peziarah cinta selalu berusaha membersihkan jiwa (ruhani) dan raga (jasmani).
“Allah sesungguhnya menyukai orang yang bersih hati (bertaubat) dan orang yang bersih fisik (bersuci)” (QS. Al-Baqarah: 222)
Jika yang engkau cintai menyukai kebersihan, apakah kita pantas jika ada setetes kotoran melekat pada diri ini. Sesungguhnya ketika Dia menyukai maka peziarah cinta memiliki kewajiban untuk menyukai perilaku tersebut.
Banyak jalan yang harus dilalui peziarah cinta untuk bisa tetap memiliki kebersihan, ia mau ke arah barat, timur, selatan atau utara. Inilah jalan yang di ridhoi Allah, salah satunya jalan bacaan ini.
Para peziarah cinta meyakini bacaan surat Al-Fatihah sebagai jalan pembuka;
“Tatkala Jibril duduk di sisi Rasulullah, maka ia mendengarkan suara (seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“. (HR. Muslim)
Seperti cerita Ashabul Kahfi sang peziarah cinta, para pemuda yang beriman yang meninggalkan negerinya karena kekejian dan kekejaman Diqyanus Raja Romawi yang menyembah berhala. Demi menyelamatkan keimanan peziarah cinta dapat memisahkan dunianya dan meninggalkan negerinya, dengan rahmat Allah Ashabul Kahfi di selamatkan Allah dengan memberikan nikmat tidur selama 300 tahun sembilan tahun di sebuah ruang The Cave Of The Seven Sleepers.
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari jum’at maka dia akan disinari cahaya diantara dua jum’at.” (HR. Al-Hakim dan al Baihaqi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
Maka jika kau temui zaman seperti itu yang mampu menguncang keimanan peziarah cinta, hendaklah ia membacanya;
“Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”
“Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal (huru-hara zaman).” (HR. Muslim)
“Apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” (QS. Al-Kahfi: 102)
Maka sepatutnya pantas sekali jika peziarah cinta meminta perlindungan dari hal-hal yang bisa merusak dan menghancurkan diri. Mintalah dengan menyebut nama-Nya;
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu.” (QS. Al-A’raf : 180)
Peziarah cinta akan selalu mendidik hatinya untuk tetap istiqamah mencari ridhonya. Peziarah cinta tidak sombong atas ilmu yang ia miliki, layaknya Nabi Musa yang merasa dirinya memiliki ilmu luar biasa. Tapi Allah menunjuk Nabi Khidir yang memberikan pengetahuan yang tidak di miliki Nabi Musa. Di akhir pertemuannya Nabi Khidir berpesan:
“Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kesilapan, engkau, berputus asa dengan kesilapan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kesilapan yang kamu lakukan, wahai Ibn `Imran.”
Peziarah cinta akan mengamalkan pepatah “padi semakin tua akan menunduk”, orang yang berilmu tidak akan sombong dengan ilmunya. Peziarah cinta akan selalu mengerjakan kebaikan seperti pepatah, “jika kita menanam padi, maka akan tumbuh rumput. Tapi jika kita menanam rumput, padi tidak akan tumbuh” yang berarti bahwa setiap kali peziarah cinta melakukan kebaikan ia akan di ganggu dengan hama-hama keburukan dan kejatan.
Peziarah cinta mulai beristigfar memohon ampun atas semua kesalahannya dan menyadari arti penting kehidupan ini untuk selalu berbuat kebaikan dan berjalan sesuai dengan apa yang telah diamanahkan yakni menjadi Khalifah dan Abdillah.
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayag" (QS. An-Nisa’: 110)
“Barang siapa yang selalu beristighfar, maka Allah akan menjadikan keluh kesah kegembiaran, kesempitan menjadi keleluasaan.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Peziarah cinta akan selalu menghiasi lidah dan mulutnya dengan ayat-ayat cinta seperti bacaan surat Al-Ikhlas dan khususnya firman Allah dan mukjizat yang memilki nilai keagungan akhir zaman Al-Qur’an;
“Sesungguhnya seseorang mendengar orang lain membaca قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ dengan mengulang-ulangnya, maka tatkala pagi harinya, ia mendatangi Rasulullah n dan menceritakan hal itu kepadanya, dan seolah-olah orang itu menganggap remeh surat itu, maka bersabdalah Rasulullah: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya surat itu sebanding dengan sepertiga al Qur`an.” (HR. Bukhari)
"Bacalah Al Qur'an sesungguhnya ia akan datang di hari Kiamat menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya." (HR. Muslim)
Meski peziarah cinta tidak bisa membaca ayat-ayat cinta ia akan selalu belajar untuk meraih keutamaan, selalu berusaha, syukur, sabar dan ikhlas dalam menghadapi segala cobaan;
"Orang yang membaca Al Qur'an dengan terbata-bata karena susah, akan mendapat dua pahala." (HR. Bukhari)
Selamat jalan wahai peziarah cinta semoga kau temukan ridho Allah dan yakinlahlah bahwa Allah selalu meridhoimu.
PROLOG dari buku kecil Jamaah Mujahadah.
Muijahadah (Ngaji Tasawuf Budaya)
0 komentar :
Posting Komentar