Oleh: Afida Mashitoh
(Pengelola Rumah Buku Ngaliyan Semarang)
Ini tentang....
Menjadi berbeda bukan tujuan
Merubah diri juga bukan tujuan
Ini perjalanan
Ini tentang langkah-langkah berani
Ini tentang manusia yang punya pemikiran
Ini tentang manusia yang tidak bilang dia paling benar
Ini tentang manusia yang tidak bisa memastikan segala
Yang tertulis zaman dahulu adalah paling benar
Ini tentang manusia yang disebut betina atau perempuan
Yang dari sebutan itu penuh beban
Karna dia melangkah dengan pikirannya
Karna dia bukan penganut setia yang lama
Hampir dua tahun
Di sela-sela kehidupan penuh pengadilan
Karna dia tak sama lagi dengan teman-teman
Karna pikiran dia memutuskan yang berbeda untuk tubuhnya
Teman-teman kebanyakan tak mau melangkah dengan pikiran
Ini tentang manusia dalam sunyi dan kesakitan
Yang tak lagi menyalahkan yang menyakiti
Dan akan selalu tersenyum dengan cinta untuk manusia dan alam
Sajak Bulan Mei
Ini bulan Mei
Saat itu aku masih kecil
Aku mengikuti kejadian itu lewat televisi
Aku belum banyak paham
Sekarang aku telah berjalan jauh
Aku tak lagi kecil
Pikiranku telah bertumbuh
Sejak dewasa aku banyak bersedih hidup harus denganmu
Terlalu banyak orang lain yang sengasara di depan mataku
Jika aku bahagia dan berfikir
Itu harus kuciptakan sendiri setengah mati
Bukan karna kamu yang menyebut diri akan menciptakan kesejateraan
dan kebahagiaan manusia
Kamu tidak nyata bagiku
Kamu adalah yang menguasaiku
Kamu hadir dengan kekuatan penuh manusia
Kamulah negara
Aku terus mengenag mereka yang kau lukai
kau habisi, kau hilangkan
mereka para perempuan yang tak tahu apa
tapi tubuhnya di jajah tanpa ampun
di masa yang katanya merdeka
Bulan Mei 15 Tahun silam
di bulan-bulan dan tahun lalunya lagi
Makan saja uangmu
Suatu saat Uang tidak mampu membayar air untuk tidak mengalir ke
daerah yang lebih rendah,
uang tidak akan bisa membayar tanah, uang tidak akan bisa membayar
gunung
Uang tidak akan bisa membeli buah kecuali buah beracun
Uang tidak akan bisa membeli padi, kecuali padi yang diperkosa
Hanya manusia yang mau dibayar
Dan hanya manusia yang bisa berkompromi dengan ketamakan
Jadimakan saja uangmu
makan saja uang kertas dan uang logammu
Salam Takzim pada korban banjir,
sebagai pihak utama penanggung derita,
Takzim pada korban banjir yang miskin.
Wacana arusutama kadang mencuat,
banjir seakan-akan terjadi hanya karna
mereka, kamu, kita buang sampah sembarangan.
itu tidak salah
tapi jangan lupakan sebab yang lain
Ini bisa mengurangi kenyataan
betapa para pecinta uang melakukan segala cara
untuk mengenyangkan perutnya dengan uang atas nama perdagangan.
Salam Takzim untuk korban banjir
Salam takzim untuk yang miskin
maafkan kami disini tak banyak membantumu dengan kecil kami
23 Januari 2012, ditulis dengan harap
0 komentar :
Posting Komentar