WM Bandung - Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan dalam Seminar
Pendidikan Karakter di Bandung. Menyinggung tentang
maraknya berita kekerasan oleh dan terhadap anak akhir-akhir ini. Anies
juga menyinggung tentang berita pembegalan yang marak dan ternyata
banyak dilakukan remaja di bawah umur sebagai salah satu contoh berita
kekerasan yang banyak dibicarakan, Sabtu (28/02)
ratings/ratings_guide.jsp.
“Ada
berbagai kemungkinan faktor penyebab kecenderungan kekerasan oleh anak
yang perlu diteliti besar pengaruhnya. Kita perlu melihat secara utuh
faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat,” ujar Anies.
Dalam
seminar itu, Anies memberi contoh tentang kerentanan anak dalam masa
perkembangan dalam membedakan yang maya dan nyata, serta sinetron dan
video game bagi dewasa sebagai contoh kemungkinan faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan anak-anak.
“Ada
banyak riset tentang video game, ada yang mengaitkan video game dengan
kecenderungan tindakan kekerasan, ada pula yang menyatakan tidak
keterkaitan signifikan. Riset-riset ini tidak benar-benar konklusif dan
sering bersifat kondisional. Artinya, video game yang berbeda dapat
memberikan dampak positif atau negatif berbeda pada anak yang berbeda
dan tergantung pula pada porsi dan cara penggunaannya.” kata Anies usai
Seminar.
Mendikbud
Anies Baswedan menjelaskan video game yang tepat dapat memberikan
dampak positif pada anak, bahkan dapat dirancang khusus sebagai media
pembelajaran. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa tidak semua video
game cocok untuk dimainkan oleh anak semua umur.
Anies
mengatakan, “Anak-anak dalam masa perkembangan memiliki pemahaman yang
berbeda tentang situasi yang dihadapi dibanding orang dewasa. Mereka
kadang kesulitan membedakan antara yang maya dan nyata, serta belum
memahami secara utuh batasan-batasan benar-salah, boleh-tidak boleh,
menyakiti-tidak, dan terutama dampak tindakannya jauh ke depan."
Mendikbud
mengingatkan bahwa atas alasan-alasan inilah video game pun memiliki
sistem rating yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan
konten untuk dimainkan anak usia tertentu. Di Amerika, misalnya,
terdapat sistem Entertainment Software Rating Board.
Dalam
sistem ESRB, terdapat enam kategori rating, yaitu: Early Childhood
(cocok untuk anak usia dini), Everyone (untuk semua umur), Everyone 10+
(untuk usia 10 tahun ke atas), Teen (untuk usia 13 tahun ke atas),
Mature (untuk usia 17 tahun ke atas) dan Adults Only (untuk dewasa),
serta satu kategori antara Rating Pending. Deskripsi konten dalam ESRB
pun beraneka, mulai dari Blood and Gore, Intense Violence, Nudity,
Sexual Content, sampai Use of Drugs. Di kotak video game biasanya
terdapat pengkategorian seperti ini, semisal "Mature 17+: Blood and
Gore, Sexual Theme, Strong Language”.
Lebih jauh tentang ESRB sebagai salah satu sistem rating untuk video game dapat dilihat di http://www.esrb.org/
Mendikbud
Anies Baswedan menjelaskan bahwa permasalahan video game di Indonesia
adalah peredarannya yang massif dan begitu mudah diakses oleh anak dan
remaja yang memainkannya tanpa memperhatikan kategori rating. Mayoritas
orangtua pun asing dengan berbagai model video game dan tidak menyadari
bahwa tidak semua video game cocok untuk anak semua umur, sehingga
terlewat mengawasi anak-anaknya dalam memilih dan bermain video game.
Anies
berharap orangtua menyadari tentang pengkategorian video game ini,
serta membimbing anak-anaknya memilih video game yang cocok bagi mereka
dan menghibur tanpa berisiko memberikan dampak buruk, serta mengawal
porsi anak-anak bermain video game, juga dalam memanfaatkannya sebagai
salah satu media pembelajaran. Anies juga mendorong para pecinta game
yang telah memahami sistem rating dalam game untuk membantu
menyebarkannya kepada para orangtua dan guru.
Terkait
dengan kekerasan di lingkungan anak dan pelajar, Merndikbud Anies
mengatakan perlu diadakan diskusi bersama dan serius oleh pakar dan
praktisi pendidikan serta orangtua dan anak, untuk menemukan akar
masalah dan cara-cara pencegahan dan penanganannya.
“Berbagai
praktek baik yang ada perlu dikumpulkan, dikurasi dan disebarkan kepada
orangtua agar memiliki alat-alat yang handal dalam membimbing proses
pembelajaran anak-anak,”kata Anies sembari mengatakan Kemdikbud akan
menfasilitasi diskusi ini dalam beberapa waktu ke depan.
0 komentar :
Posting Komentar