Problematika Wanita Karir dalam Keluarga

PERMASALAHAN perempuan nampaknya tetap akan menjadi aktual dan menjadi agenda dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja paralel dengan pergeseran peran perempuan yang tidak lagi terbatas pada empat dinding rumah tangga melainkan seluas ruang kehidupan modern ini. Di kalangan masyarakat menengah, demokratisasi pendidikan yang ditawarkan pada gilirannya akan berimbas pada peningkatan kesadaran untuk mengaktualisasikan diri diluar rumah sekaligus memenuhi tuntutan ekonomi keluarga.

Sedangkan ditingkat bawah perempuan harus ke luar rumah demi untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang tidak lagi mampu dipenuhi oleh suami mereka. Tidak jarang, justru mereka yang lebih berpeluang untuk mencari nafkah keluarga dari pada suaminya.

Namun demokratisasi pendidikan dan peluang kerja yang sama ini tidak diikuti dengan perubahan idiologi gender yang ada dalam masyarakat. Perempuan tetap saja dipandang sebagai makhluk domestik yang siklus geraknya ada di sekitar sumur, dapur dan kasur. Sejauh apapun mereka melampaui siklus tersebut, tetap saja ia akan ditarik kembali kedunia yang telah dikonstruksikan untuknya. Seberapa banyak yang didapat ia tak akan pernah dianggap sebagai pencari nafkah.

Permasalahan nafkah barangkali tidak akan berarti banyak bagi perempuan apabila tidak digunakan untuk meniadakan hak aktualisasi dirinya sebagai manusia.

Sedikit banyak Islam turut pula menegaskan posisi wanita bekerja dalam masyarakat. Sampai saat ini sosialisasi ajaran Islam tetap menempatkan sosok wanita dalam masyarakat sebagaimana firman Allah:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyyah dulu …” (Q.S. Al-Ahzah: 33)

Meskipun demikian realitas sosial tentang tuntutan ekonomi menentukan lain dari perilaku masyarakat  sekarang. Timbulnya perilaku baru yang berkaitan dengan dunia kerja dalam kehidupan perempuan. Pola umum untuk mengamati problematika wanita bekerja adalah dengan menganalisis pada interaksi wanita yang bekerja tersebut dengan lingkungannya. Baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat maupun lingkungan dimana ia bekerja.

Diantara problematika wanita yang bekerja diluar rumah atau berkarier adalah:
  1. Perempuan karier merasa bersalah dan ragu, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan anaknya.
  2. Disatu sisi perempuan diharuskan mempertahankan peran tradisionalnya, sedamg disisi lain perempuan diharapkan sukses dalam peran publiknya.
  3. Perempuan yang berkarier cukup terbebani dengan kenakalan anak-anak yang selalu dianggap sebagai ekses seorang ibu yang keluar rumah.
  4. Jika wanita bekerja dan mempunyai penghasilan lebih besar dari suaminya maka akan menimbulkan rasa tidak enak bagi dirinya, demikian halnya dengan suami juga merasa tidak enak karena yang seharusnya memberikan nafkah adalah suami.
  5. Keterbatasan waktu ibu yang bekerja akan mengurangi waktunya mengasuh anak di rumah, dimana usia dini sangat memerlukan kehadiran dan kehangatan kasih sayang ibunya”.
  6. Bagi wanita yang bekerja diluar rumah, waktu yang digunakan sangat banyak, sebagai akibatnya frekuensi bertemunya dengan keluarga sangat terbatas baik dengan suami dan anak-anaknya.
  7. Wanita yang berkarier tiak dapat berfungsi penuh sebagai ibu rumah tangga, padahal fungsi ini mutlak harus ada setiap keluarga. Sebab kalau istri bekerja lalu siapa yang harus menghibur suaminya sehabis pulang kerja.
Demikian diantaranya hal-hal pokok yang menjadi permasalahan/problem utama yang dihadapi oleh istri yang bekerja diluar rumah.
Share on Google Plus

About Unknown

RIC Karya
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar