WM Jakarta - Belum munculnya sikap tegas Partai Demokrat dalam arah koalisi sesuai pernyataan Ketua Majelis Tinggi Demokrat, SBY, membuat kemungkinan terbentuknya poros ketiga masih bisa terjadi. Hal ini terungkap dalam diskusi "Dua atau Tiga Pasangan Menuju Pilpres?" yang diadakan Smart FM dan Populi Center. Diskusi tersebut menghadirkan beberapa elit partai yang belum menentukan sikap koalisi. Elit yang hadir yakni Andi Sinulingga (Golkar), Didi Irawadi (Demokrat), Yuddy Chrisnandi (Hanura) sekaligus menghadirkan Nico Harjanto, pengamat politik dari Populi Center,Sabtu, (17/5)
"Kalau dilihat secara statistik lebih dari separuh masyarakat belum menentukan pilihan ke siapa, artinya ini merupakan peluang terbentuknya poros ketiga," ujar Nico Harjanto. Ia menambahkan, poros ketiga hanya dapat berpeluang jika menghadirkan efek kejut. "Poros ketiga bisa menang kalau menjadi antithesis dua yang sudah ada. Kalau poros baru menghadirkan muka lama maka hanya akan jadi pelengkap penderita saja. Kalau yang diusung calon yang sudah tua, elektabilitasnya sudah mentok, percuma," tukas Nico.
Menanggapi Nico, Andi Sinulingga dari Partai Golkar menganggap bahwa kunci dalam poros ketiga adalah Demokrat dan Golkar, serta siapa yang akan diajukan keduanya. "Sri Sultan dan Anies Baswedan bisa saja. Alternatif harus menghadirkan efek kejut," ujar Andi. Politisi Partai Golkar ini juga pesimis jika pasangan Aburizal Bakrie dan Pramono yang diisukan menjadi pasangan dapat memiliki peluang jika menjadi poros ketiga. "Insting politik saya mengatakan ARB-Pramono tidak efektif, tidak ada efek kejutnya sama sekali," tambah politisi partai beringin ini.
Senada dengan Andi, Didi Irawadi selaku Anggota Komite Konvensi Partai Demokrat mengatakan peluang poros ketiga masih mungkin terjadi dengan catatan utama. "Poros ketiga ini jangan menutup peluang anak-anak muda terbaik untuk tampil. Konvensi misalnya menghadirkan Anies Baswedan dan Gita Wirjawan. Kami menyodorkan semua peserta konvensi termasuk Anies dan Gita, tinggal bagaimana mitra koalisi lainnya," ujar Didi.
Mengenai kemungkinan memunculkan tokoh Golkar dipasangkan dengan peserta konvensi berusia muda seperti Anies menurut Nico mungkin saja terjadi. Hal ini dikarenakan kebekuan pencalonan Aburizal sebagai capres yang banyak diragukan banyak kader. "Ketua umum partai seperti ARB sudah mentok elektabilitasnya. Untuk mendorong poros baru yang dibutuhkan adalah insting politik bukan lagi sekadar survei. Tokoh muda elektabilitasnya mungkin rendah tapi jika memiliki efek kejut dan diendorse secara baik bisa naik dengan cepat," pungkas Nico mengenai kemungkinan poros baru mengangkat calon dari Golkar dipasangkan dengan tokoh muda dari Konvensi Demokrat.
"Kalau dilihat secara statistik lebih dari separuh masyarakat belum menentukan pilihan ke siapa, artinya ini merupakan peluang terbentuknya poros ketiga," ujar Nico Harjanto. Ia menambahkan, poros ketiga hanya dapat berpeluang jika menghadirkan efek kejut. "Poros ketiga bisa menang kalau menjadi antithesis dua yang sudah ada. Kalau poros baru menghadirkan muka lama maka hanya akan jadi pelengkap penderita saja. Kalau yang diusung calon yang sudah tua, elektabilitasnya sudah mentok, percuma," tukas Nico.
Menanggapi Nico, Andi Sinulingga dari Partai Golkar menganggap bahwa kunci dalam poros ketiga adalah Demokrat dan Golkar, serta siapa yang akan diajukan keduanya. "Sri Sultan dan Anies Baswedan bisa saja. Alternatif harus menghadirkan efek kejut," ujar Andi. Politisi Partai Golkar ini juga pesimis jika pasangan Aburizal Bakrie dan Pramono yang diisukan menjadi pasangan dapat memiliki peluang jika menjadi poros ketiga. "Insting politik saya mengatakan ARB-Pramono tidak efektif, tidak ada efek kejutnya sama sekali," tambah politisi partai beringin ini.
Senada dengan Andi, Didi Irawadi selaku Anggota Komite Konvensi Partai Demokrat mengatakan peluang poros ketiga masih mungkin terjadi dengan catatan utama. "Poros ketiga ini jangan menutup peluang anak-anak muda terbaik untuk tampil. Konvensi misalnya menghadirkan Anies Baswedan dan Gita Wirjawan. Kami menyodorkan semua peserta konvensi termasuk Anies dan Gita, tinggal bagaimana mitra koalisi lainnya," ujar Didi.
Mengenai kemungkinan memunculkan tokoh Golkar dipasangkan dengan peserta konvensi berusia muda seperti Anies menurut Nico mungkin saja terjadi. Hal ini dikarenakan kebekuan pencalonan Aburizal sebagai capres yang banyak diragukan banyak kader. "Ketua umum partai seperti ARB sudah mentok elektabilitasnya. Untuk mendorong poros baru yang dibutuhkan adalah insting politik bukan lagi sekadar survei. Tokoh muda elektabilitasnya mungkin rendah tapi jika memiliki efek kejut dan diendorse secara baik bisa naik dengan cepat," pungkas Nico mengenai kemungkinan poros baru mengangkat calon dari Golkar dipasangkan dengan tokoh muda dari Konvensi Demokrat.
0 komentar :
Posting Komentar