Oleh: Murtaqi Ali Soim
(Alumnus IKIP PGRI Semarang dan Direktur Elchip Internasional)
Paradigma pendidikan perguruan tinggi saat ini diarahkan pada pengembangan jiwa Entrepreneurship. Entrepreneurship dapat diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan peluang bisnis. J. B. Say menggambarkan pengusaha sebagai orang yang mampu memindahkan sumber-sumber ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas tinggi karena mampu menghasilkan produk yang lebih banyak.
Tapi realitas yang kita temui, Entrepreneurship lebih mengarah pada penyemaian bibit neoliberalisme ekonomi. Kajian Neoliberalisme bukanlah hal yang baru. Seluruh efek yang dihasilkan pada intinya selalu menguntungkan kaum kapitalis dan membunuh hidup-hidup kaum marginal. Sehingga mereka (kaum marginal) merasa hidup segan, mati pun tidak mau.
Secara lebih lanjut, Emha Ainun N. menyebutkan minimal ada dua keberatan terhadap neoliberalisme. Pertama, Karakter neoliberalisme yang memperdagangkan semua hal. Kedua, Perjanjian bahwa setiap orang boleh berjualan dimana pun. Dua hal ini, memang secara mendasar adalah karateristik genetik dari liberalisme dan ini identik dengan sifat dalam gen Entrepreneurship.
Entrepreneurship memandang segala sesuatu memiliki sifat ekonomis, bahkan secara lebih ekstreem sifat dasar Entrepreneurship dikenal dengan 3R, yaitu reduce, reuse, recycle atau mengurangi, menggunakan kembali, daur ulang. Bagaimana para Entrepreneurship mampu melihat segala sesuatu dapat menghasilkan nilai ekonomi lebih. Dinaikkan nilainya, jika sudah sulit atau basi maka menggunakan 3R. Misalnya, harga ketela yang dijual dipasar hanya seharga Rp 1.000,-. Kemudian dinaikkan harganya dengan diolah dengan inovasi-inovasi beraneka macam. Kemudian lahan pasar dinaikkan. Hasil Produksi dijual di wilayah yang memiliki tingkat ekonomi atas. Untuk Konsumen ekonomi bawah, jelas bukan tujuan. Keberhasilan usaha akan menarik eksploitasi SDA dan SDM secara besar-besaran.
Pengembangan usaha Entrepreneurship menuntut jaringan yang besar dan kuat. Karena sejak awal Pasar tujuan adalah ekonomi atas maka jaringan pengembangan juga berasal dari situ. Sehinggal eksplotiasi-nya pun juga semakin meningkat, bukan lagi tingkat regional. Dimana ada Pasar Ekonomi Atas, sedikit saja, maka disitu menjadi tujuan pasarnya. Sehingga (pada kasus diatas) akan melahirkan persaingan pasar. Kondisinya adalah pasar yang sudah ada (di lokal tertentu) akan berhadapan dengan Jaringan Pasar Produk Entrepreneurship.
Pandangan ini, bukan menempatkan posisi Entrepreneurship pada posisi salah atau benar untuk dikembangkan di kalangan perguruan tinggi. Tapi lebih bijak jika Entrepreneurship ditujukan pada peningkatan ekonomi bawah. Intinya perlu dirubah, dari Entrepreneurship yang menghasilkan nilai ekonomi menjadi pemberdayaan sektor ekonomi. Sehingga orientasi yang terbangun adalah kesetaraan ekonomi. Jangan sampai Entrepreneurship menjadi Kolonialisme dalam tubuh ekonomi kita. Karena jika kita melawan dan/atau menghilangkan Entrepreneurship bagi perguruan tinggi maka niscaya menghasilkan kemajuan bagi masyarakat.
(Alumnus IKIP PGRI Semarang dan Direktur Elchip Internasional)
Paradigma pendidikan perguruan tinggi saat ini diarahkan pada pengembangan jiwa Entrepreneurship. Entrepreneurship dapat diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan peluang bisnis. J. B. Say menggambarkan pengusaha sebagai orang yang mampu memindahkan sumber-sumber ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas tinggi karena mampu menghasilkan produk yang lebih banyak.
Tapi realitas yang kita temui, Entrepreneurship lebih mengarah pada penyemaian bibit neoliberalisme ekonomi. Kajian Neoliberalisme bukanlah hal yang baru. Seluruh efek yang dihasilkan pada intinya selalu menguntungkan kaum kapitalis dan membunuh hidup-hidup kaum marginal. Sehingga mereka (kaum marginal) merasa hidup segan, mati pun tidak mau.
Secara lebih lanjut, Emha Ainun N. menyebutkan minimal ada dua keberatan terhadap neoliberalisme. Pertama, Karakter neoliberalisme yang memperdagangkan semua hal. Kedua, Perjanjian bahwa setiap orang boleh berjualan dimana pun. Dua hal ini, memang secara mendasar adalah karateristik genetik dari liberalisme dan ini identik dengan sifat dalam gen Entrepreneurship.
Entrepreneurship memandang segala sesuatu memiliki sifat ekonomis, bahkan secara lebih ekstreem sifat dasar Entrepreneurship dikenal dengan 3R, yaitu reduce, reuse, recycle atau mengurangi, menggunakan kembali, daur ulang. Bagaimana para Entrepreneurship mampu melihat segala sesuatu dapat menghasilkan nilai ekonomi lebih. Dinaikkan nilainya, jika sudah sulit atau basi maka menggunakan 3R. Misalnya, harga ketela yang dijual dipasar hanya seharga Rp 1.000,-. Kemudian dinaikkan harganya dengan diolah dengan inovasi-inovasi beraneka macam. Kemudian lahan pasar dinaikkan. Hasil Produksi dijual di wilayah yang memiliki tingkat ekonomi atas. Untuk Konsumen ekonomi bawah, jelas bukan tujuan. Keberhasilan usaha akan menarik eksploitasi SDA dan SDM secara besar-besaran.
Pengembangan usaha Entrepreneurship menuntut jaringan yang besar dan kuat. Karena sejak awal Pasar tujuan adalah ekonomi atas maka jaringan pengembangan juga berasal dari situ. Sehinggal eksplotiasi-nya pun juga semakin meningkat, bukan lagi tingkat regional. Dimana ada Pasar Ekonomi Atas, sedikit saja, maka disitu menjadi tujuan pasarnya. Sehingga (pada kasus diatas) akan melahirkan persaingan pasar. Kondisinya adalah pasar yang sudah ada (di lokal tertentu) akan berhadapan dengan Jaringan Pasar Produk Entrepreneurship.
Pandangan ini, bukan menempatkan posisi Entrepreneurship pada posisi salah atau benar untuk dikembangkan di kalangan perguruan tinggi. Tapi lebih bijak jika Entrepreneurship ditujukan pada peningkatan ekonomi bawah. Intinya perlu dirubah, dari Entrepreneurship yang menghasilkan nilai ekonomi menjadi pemberdayaan sektor ekonomi. Sehingga orientasi yang terbangun adalah kesetaraan ekonomi. Jangan sampai Entrepreneurship menjadi Kolonialisme dalam tubuh ekonomi kita. Karena jika kita melawan dan/atau menghilangkan Entrepreneurship bagi perguruan tinggi maka niscaya menghasilkan kemajuan bagi masyarakat.
0 komentar :
Posting Komentar