Pensyair Kelana Siwi Kristyaningtyas Membaca Puisi |
WM
Kendal – Ada
beragam cara untuk memeriahkan maulid Nabi Muhammad Saw yang bertepatan pada
bulan Robi’ul Awal, dalam kalender masehi peringatan maulid nabi ini hingga
sampai 21 Januari 2014. Berbagai peringatanpun digelar seperti yang dilakukan
oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Patebon Kendal dan TPQ An-Nur
Margosari bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kendal.
Ketua Panitia Maulid Nabi
Muhammad Ulul Azmi mengatakan, selain pembacaan maulid Simthud Durror juga ada
beragam acara yakni sima’an al-Qur’an 30 juz, Imtihan Awwal TPQ NU 06 An-Nur
Margosari, Gelar Budaya Pentas Rebana Tradisional dan ditutup dengan pengajian
teaterikal budaya bersama KH. Amin Budi Harjono dan pembagian pohon.
Kegiatan puncak gelar budaya
pengajian teaterikal diisi oleh musik shalawat dan puisi oleh Dewan Kesenian
Kendal, Sedulur Caping Gunung Kendal, Penyair Sebumi Kelana Siwi
Kristyaningtyas dan Narti Rikha, Penyair Semarang dan sebagai penceramah budaya
KH. Budi Harjono dihalaman TPQ NU 06 An-Nur Margosari. Dihadiri jajaran
pengurus PAC Ansor Patebon, Pengurus Dewan Kesenian Kendal, MWC NU Patebon dan
jamaah pengajian yang memadati halaman meski hujan menguyur tidak mengurangi
mereka untuk memeringati puncak peringatan maulid Nabi Muhammad, Minggu malam
(4/1)
“Semoga kegitan ini bisa
menumbuhkan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad dan memahami kearifan budaya
lokal sebab sekarang ini banyak akidah yang tidak sesuai dengan kearifan NU
yang telah lama membumi ke masyarakat,” tutur Sukarto Ketua PAC Ansor patebon.
Dalam tausyiahnya KH. Budi
Harjono membagikan pohon dan caping kepada para jamaah, ia berpesan kepada para
jamaah untuk nandur (jawa) atau menanam pohon sebab Indonesia sebagai paru-paru
dunia dan caping gunung sebagai tanda bahwa bentuk lingkaran sebagai
manifestasi perwujudkan kehidupan ini dan lambang gunung sebagai puncak
hubungan manusia dengan Allah Swt.
“Kita adalah bangsa yang beradab
semua aktifitas terkaitpaut dengan puncak hubungan dengan Allah, ungkapan
sehari-hari yang terucapkan seperti ealah, oalah, ndelalah, walah. Ungkapan
yang telah membudaya tersebut sebagai bentuk Illah yakni selalu berhubungan
langsung dengan Allah,” uncap Kyai yang akab dipanggil dengan sebutan Kiai Budi
0 komentar :
Posting Komentar